Pengunjung cafe Ijen Isun sedang menikmati sejian yang d pesan dengan mengenakan face shield. (Foto: man)
KabarBanyuwangi.co.id - Kebijakan pemerintah Kabupaten Banyuwangi menerapkan konsep New Normal terhadap rumah makan, restoran, dan cafe, sepertinya sudah mulai diberlakukan oleh sejumlah rumah makan maupun cafe. Seperti di Cafe Ijen Isun Village yang berada di jalan Lijen Kelurahan Banjarsari, sejak beberapa minggu lalu sudah memberlakukan aturan ini.
Menurut Manager Cafe & Resto Ijen Isun Village, Hari Dasit, kapasitas tempat duduk di hall cafe yang identik dengan menu khas Using ini, sudah dikurangi dari semula 50, hanya menjadi 25. Selain itu, tempat duduk di tiga Villa khas rumah Using, dan di sebelah kolam, juga dikurangi 50 persen dari tempat duduk yang semula disediakan.
“Ya sejak ada kebijakan dari
pemerintah penerapan New Normal, di tempat kami sudah jalan. Tempat duduk, di
hall, dan sebelah kolam, juga di tiga Villa ini semua dikurangi 50 persen,”
ujar Hari kepada kabarbanyuwangi.co.id, Sabtu (20/6/2020) siang.
Tidak hanya itu protokol kesehatan
Covid-19, seperti jaga jarak fisik physical distancing antar
pengunjung di area cafe seluas sekitar satu hektar ini, juga diberlakukan
secara ketat. Seluruh pengunjung diwajibkan mencuci tangan terlebih dahulu di
tempat yang sudah disiapkan, dan mengenakan masker saat berada di area cafe.
Bahkan saat pengunjung mengantri
untuk membayar ataupun hendak memesan makanan, di depan kasir diberi tanda
pembatas warna merah, sejauh setu meter. Sebelum memesan makanan ataupun
minuman, pengunjung juga diukur suhu tubuhnya oleh pegawai cafe dengan thermo
gun.
Jika diketahui ada pengunjung suhu
tubuhnya di atas rata-rata, pegawai cefe tidak segan-segan menolak kedatangan
pengunjug, dan mempersilakan pengunjung untuk melakukan pemeriksaan
kesehatannya ke dokter atupun pusksmas terdekat.
Sebagai simulasi New Normal,
seluruh pagawai cafe juga wajib mengenakan masker, sarung tangan plastik, dan
menggunakan pelindung wajah, face shield saat berada di cafe
ataupun saat mengantarkan makanan pengunjung.
“Kami di sini menerapkan aturan
protokol kesehatn Covid-19 sangat ketat, sesuai imbaun pemeritah, termasuk ke
pegawai. Setiap pengunjung kalau duduk, kami arahkan untuk jaga jarak, harus
bermasker, dan cuci tangan,” tambah Hari.
"Sebelum pesan makanan, pegawai kami
memeriksa suhu tubuh dengan alat pengukur ke semau pengunjung. Kalau ada
pengunjung suhu tubuhnya di atas rata-rata kami tolak, kami sarankan ke dokter
atau puskesmas. Tapi Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang sampai di atas
itu,” imbuhHari.
Pemberlakuan jam operasional di
cafe Etnik Using yang sering dikunjungi pejabat negara termasuk petinggi
Militer dari dua negara, Singapura, dan Australia, serta sejumlah intansi
pemerintah maupun swasta dari dalam, dan luar Banyuwangi ini juga dikurangi.
Bahkan, cafe yang berkapasitas 100
pengunjung lebih, selama masa pandemi untuk sementara waktu menolak jika ada
tamu yang berencana mengadakan acara dengan melibatkan banyak orang.
“Kalau jam opersional di cafe,
sebelum puasa sudah dikurangi. Biasanya buka jam 8 pagi, tutup jam 10 malam.
Malah sebelum pausa kemarin, tutup total baru buka setelah lebaran seminggu.
Sekarang buka jam 11 siang, tutup jam 9 malam,” tegas Hari.
"Cafe buka setiap hari, tapi pegawai
tetap ada libur semingu sekali secara bergantian. Kalau ada booking untuk acara
yang hadir orangnya banyak, kami tolak, kami sarankan waktunya dibagi menjadi
beberapa sesi. Intinya selama pandemi kapasitas pengujung hanya 50 persen dari waktu
normal,” imbuhnya.
Sementara itu, meski aturan yang
diberlakukan pemerintah dirasa sangat berat, namun para pengusaha kuliner
mengaku hanya bisa pasrah, dan terus mengkampayekan protokol kesehatan Covid-19
di Era New Normal ini.
Selama masa pandemi pengunjung
sangat sepi. Kalaupun ramai pengunjung datang ke cafe, pengelola kuliner juga
harus membatasi. Secara otomatis berdampak terhadap pendapatan.
“Selama aturan dari pemerintah
belum dicabut, kami akan terus mengkampayekan protokol kesehatan Covid di era
new normal ini sampai selesai pandemi. Sebenarnya aturan ini sangat berat, tapi
bagaimana lagi?,” keluh Manager yang juga pensiunan Tekom Akses ini.
“Mau nggak mau harus dijalankan,
meskipun harus menanggung rugi setiap bulan untuk biaya operasional, dan bayar
pegawai. Kalau cafe ditutup kasian pegawai, mau makan apa? Tapi kalau kondisi
ini berlangsug sampai lama, sepertinya kami juga nggak bisa bertahan,” imbuhnya
lagi.
Kepada seluruh pengunjung, pengelola meminta maaf atas pemberlakukan protokol secara ketat ini. Pengelola Cafe berharap, pengunjung bisa menerima demi untuk kesehatan bersama. Para pelaku usaha di sektor kuliner, berharap pandemi cepat berlalu, agar roda ekonomi kembali normal seperti sebelumnya. (man)