Ganjar dan Ipuk, Tolak Israel dan Larangan Battle Sound

Ganjar dan Ipuk, Tolak Israel dan Larangan Battle Sound

Ali Nurfatoni bersama Manpan-RB Abdullah Azwar Anas dan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam suatu acara. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id – Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani bisa jadi sedang dilema. Larangan pagelaran parade sound horeg atau battle sound adalah pemicunya. Kalangan netizen resah dan muncul sinyal warning dengan tagar jangan pilih ipuk.

Seperti diketahui, Pemkab Banyuwangi telah menerbitkan Surat Edaran tentang penyelenggaraan masyarakat menyambut idul fitri 1 Syawal 1445 H tahun 2024 di Kabupaten Banyuwangi. 

SE yang diteken oleh sekretaris daerah, Mujiono atas nama bupati itu berisi tentang larangan dan atau tidak diberikan izin untuk takbir keliling, battle sound horeg dan joget pargoy. Itu semata-mata dalam rangka menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat secara luas.

Baca Juga :

SE per-tanggal 5 April 2024 itu memang diterbitkan bukan tanpa alasan. Telah melalui pertimbangan yang matang. Telah melalui rangkaian rapat koordinasi dengan berbagai pihak dan pemangku kepentingan. Tapi, realita di lapangan juga berbeda dan bertolak belakang dengan skenario di atas kertas.

Seperti parade sound di lapangan Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar. Battle sound yang menjadi adat dan tradisi berpengaruh besar terhadap masyarakat sekitar. Siklus perputaran ekonomi menjadi terdongkrak dan masyarakat meraih manfaat penghasilan.

Masih ingat dengan Ganjar Pranowo. Tahun lalu, Ganjar seorang calon presiden menolak kedatangan timnas Israel di Indonesia dalam gelaran Piala Dunia U-20 dan Indonesia pun batal jadi tuan rumah. Pernyataan itu membuat kalangan netizen kesal dan mengancam tidak memilihnya pada pilpres.

Dampaknya pun sangat besar. Karir politik Ganjar teganjal. Ganjar yang berpasangan dengan Mahfud MD kalah bersaing dengan dua paslon lain, Prabowo-Gibran dan Anis-Muhaimin. Mirisnya, Ganjar-Mahfud malah menempati posisi juru kunci dalam rekapitulasi akhir KPU di seluruh Indonesia.

Pro-kontra memang sudah hal biasa. Suara netizen juga terbelah, tapi faktanya: Ganjar gagal jadi presiden setelah blunder menolak kedatangan timnas Israel.

Lantas bagaimana dengan Bupati Banyuwangi saat ini pasca viral di berbagai media sosial gara-gara SE tidak beri izin battle sound dan takbir keliling?

Ipuk Fiestiandani belum bersuara. Belum merespon. Belum tampil di hadapan publik dan atau memberikan pernyataan di muka umum. Detik-detik menjelang perayaan lebaran, parade sound yang dipusatkan di lapangan Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar ditengarai tetap berjalan sesuai tahun-tahun sebelumnya.

Karena memang, dalam SE itu hanya tertulis melarang takbir keliling yang artinya di jalan-jalan menggunakan sound, dan diimbau untuk takbir di tempat ibadah. Sebetulnya, antisipasi aparat keamanan juga berjalan.

Akses pintu masuk perbatasan Kabupaten Banyuwangi dijaga ketat. Sound skala besar di atas truk fuso yang melintas disinyalir dari luar kabupaten dipaksa putar balik, seperti di jalan nasional Gunung Gumitir.

Ini tentang hobi dan penggemar sound. Jumlahnya sangat besar. Di Banyuwangi, battle sound sangat marak dan diminati kalangan milenial dan generasi Z. Jangan dianggap remeh. Pro dan kontra terkait perizinan bisa menjadi bahan evaluasi bersama. 

Tetapi, penghobi/penggila/penikmat battle sound selayaknya mendapatkan tempat yang tepat. Yang tidak serta merta kena skak mat. Pada akhirnya menjadi ajang pembalasan sempurna kelak di Pilkada. Waspada!

(Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi)