Dwi Soecipto saat bersepeda bersama sejumlah rekannya. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Dwi Soecipto mantan Kepala SKK
Migas bertekad menaklukan tanjakan Erek-erek dan finis di kawasan TWA Ijen demi
melengkapi medali event Mainsepeda East Java Trilogy 2025.
Tanjakan ekstrem Erek-erek merupakan rute dalam ajang
Mainsepeda Thrilogy, Banyuwangi Bluefire Ijen KOM 2025 yang akan berlangsung
pada Sabtu (27/9/2025).
Meski usianya sudah tak muda lagi, tetapi tekad untuk terus
berjuang tidak pernah mengenal batas. Pria yang akrab disapa Dwi itu sebelumnya
sukses menuntaskan dua seri sebelumnya, yakni Bromo KOM dan Kediri Dholo KOM.
Dari dua seri tersebut, pria kelahiran 1956 itu telah
mengantongi dua medali. Kini, ia tinggal selangkah lagi melengkapi koleksi
trilogy menjadi piramida medali prestisius.
"Target saya adalah mengumpulan tiga medali ini,"
kata Dwi saat ditemui usai menjajal rute di Banyuwangi bersama rombongannya,
Jumat (26/9/2025).
Bagi Dwi yang kini berusia 69 tahun, Trilogy bukan sekadar
event. Ini ritual pembuktian bahwa semangat hidup tak punya masa kedaluwarsa.
Bahwa umur bukan penghalang untuk terus melaju.
Dwi bercerita bila baru pertama mengikuti event Mainsepeda
Thrilogy yang diselenggarakan oleh Platform Mainsepeda milik Asrul Ananda
tersebut.
Ia tertantang karena event ini terkenal dengan rutenya yang
lumayan ekstrem. Pertama ada Bromo KOM 2025 pada 17 Mei dan Kediri Dholo Kom
2025 pada 20 Juli lalu. Masing-masing memiliki karakteristik tanjakan berbeda.
Seri pamungkas di Banyuwangi dikenal paling ekstrem.
Jalurnya melewati medan Hors Categorie (HC) dengan gradien puncak 34
persen, dengan total elevasi mencapai 1.708 meter.
Dwi memang belum pernah menjajal langsung jalur tersebut.
Tapi dia mengakui bahwa track di Banyuwangi adalah yang terganas. Persiapan
matang dilakukannya sejak seri kedua tuntas.
Dalam sebulan terakhir, Dwi secara intens mempelajari jalur
di Banyuwangi lewat media sosial. Ia juga rutin berlatih. Dalam sepekan, tiga
hari ia gunakan bersepeda. Selain gowes dalam kota, ia kerap menaklukkan jalur
menanjak di Bogor dan sekitarnya.
"Setelah event seri kedua, saya latihan. Biasanya di
daerah Bogor disana rutenya juga menanjak. Saya cukup rutin latihan di sana
untuk persiapan," terangnya.
Dwi Soecipto. (Foto: Istimewa)
Sejak tiba di Banyuwangi, Dwi juga sudah mencicipi beberapa
jalur. Bersama rekannya gowes hampir 70 kilometer dari hotel tempatnya menginap
menuju Hutan de Djawatan sebagai pemanasan.
Melalui persiapan yang ada, ia optimis bakal mampu
menjalani balapan dengan baik dan meraih hasil maksimal. "Saya optimis
bisa finish," terangnya.
Sebagai informasi, Banyuwangi Blue Fire Ijen Kom 2025,
secara total berjarak 87,4 km dimulai dari Pantai Boom Banyuwangi pada pukul
06.00 WIB dengan sajian pemandangan matahari terbit.
Setelah start Cyclist akan disuguhkan rute roling halus
melewati Banyuwangi Park, kemudian Bandara Banyuwangi dilanjut ke arah Desa
Patoman, Blimbingsari yang dikenal sebagai Kampung Bali.
Setelah melewati kampung Bali peserta akan kembali ke arah
kota dan pada kilometer 57,4 km atau di GOR Tawangalun peserta akan berhenti
karena titik itu adalah pit stop.
Berjarak 2,5 km dari titik pit stop kompetisi sesungguhnya
akan dimulai. Peserta akan diajak dirute menanjak.
Dari KOM start sampai ke finish jaraknya sekitar 26,9 km
dengan rute yang sudah mulai menanjak. Apalagi pada KM 78,6 km tepatnya di
Gantasan Bike Park hingga Erek-erek di KM 81,6 km yang dikenal sebagai jalur
neraka. (fat)