Dua pemain tiban saling adu cambukan di atas ring. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Warga di Kabupaten Banyuwangi menggelar tradisi tiban di Lapangan Krajan, Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Minggu (1/10/2023) siang.
Tradisi tiban merupakan ritual meminta hujan turun dengan adu cambuk tersebut ditonton ratusan warga.
Dalam tradisi tiban, dua orang bertelanjang dada
dipersenjatai cambuk berbahan bambu. Dengan diiringi musik khusus, mereka
saling mencambuk secara bergantian di atas ring arena.
"Ini adalah tradisi tiban, sebagai bentuk permohonan
agar segera turun hujan," kata Kepala Desa Tamanagung, Suharto.
Menurut Suharto, tradisi tiban sudah dilakukan masyarakat
di desanya secara turun temurun sejak dahulu kala, utamanya saat musim kemarau
yang berkepanjangan.
"Tradisi tiban ini sekaligus untuk nguri-uri budaya
peninggalan nenek moyang kita, biar tidak tenggelam," sambungnya.
Meski terlihat mengerikan, namun tradisi ini diikuti oleh
masyarakat yang mayortitas petani dengan penuh suka cita.
Pemain akan dinyatakan menang jika tiga cambukan berhasil
mengenai tubuh lawan. Meski begitu, cambukan yang diarahkan tidak boleh
mengenai kepala maupun alat viral karena berbahaya.
"Kegiatan ini digelar mulai hari ini hingga 15
Oktober 2023. Selain dari Banyuwangi, ada pula warga dari luar kota seperti
Tulungagung, Blitar, dan Ponorogo ikut serta," tambahnya.
Dalam tradisi tiban tersebut, beberapa pemain mangalami
luka-luka akibat lecutan cambuk. Saling cambuk hingga berdarah-darah itu
dianggap sudah lumrah bagi masyarakat.
"Biasanya kalau masih pemula pasti merasakan sakit,
tapi kalau yang sudah sering mengikuti tradisi tiban itu biasa, habis kena ya
sudah," kata Dedi Setiawan, salah satu pemain.
Dia berharap, tradisi tiban di Kabupaten Banyuwangi tetap
lestari. Dan setelah ritual tiban ini digelar, hujan bisa segera turun dan
lahan pertanian warga menjadi subur kembali. (fat)