Seniman-seniman Muda Singojuruh, semakin semangat latihan saat pendemi .(Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Selama pandemi Covid-19 yang berjalan satu tahun lebih, aktivitas kesenian nyaris lumpuh total. Namun, bagi seniman muda Singojuruh yang tergabung dalam Jiwa Etnik Blambangan (JEB), kondisi sekarang ini justru menjadikan semangat berlatih dan berkarya.
“Mungkin hikmahnya, dengan jarangnya pentas dan memenuhi undangan. Kami, seniman muda bisa lebih intesif latihan. Berpikir secara kontemplatif, untuk melahirkan karya-karya baru sebagai respon atas kondisi sekarang,” ujar Adlin Mustika Alam, Ketua JEB yang asli Pasinan, Singojuruh kepada KabarBanyuwangi.co.id, Minggu (21/3/2021).
Seniman muda yang tergabung dalam JEB, selain para pelajar,
pemuda desa, mahasiswa, juga para sarjana kesenian. Seperti yang dilakukan
Saumi, seorang Mahasiswa STKW(Sekolah Tinggi Karawitan Wilwatikta) Surabaya,
selama kuliah daring, waktu luangnya banyak digunakan berlatih bersama di Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Singojuruh sebagai markas JEB.
“Saya sangat bangga dengan semangat teman-teman, daripada
diam di rumah mending berproses menghasilkan karya-karya yang kreaitif dan
inovatif. Kita harus berlatih terus, dalam menangkap fenomena kehidupan saat
ini,” ujar Saumi yang tinggal di Satrian, Rogojampi.
Mahasiswa STKW asal Pasinan Barat, Tohari mengaku senang
dengan adanya kegiatan ini. ”Di saat pandemi, kegiatan seni budaya berhenti
total selama setahun. Namun kita dan teman seniman muda lainya, sepakat untuk
melaksanakan kegiatan rutin. Ini sebagai bentuk dari rasa tanggung jawab, dalam
melestarikan seni budaya,” ungkap Tohari.
Keterangan Gambar : "Tiada
Karya Tanpa Proses", itu semangat seniman muda Jiwa Etnik Blambangan.
(Foto: Istimewa)
Sementara itu seorang pengandang muda, Heru yang tinggal di
Gambiran, rela datang ke RTH Singojuruh hanya ingin berlatih bersama teman-teman
seniman muda. Nama Heru sendiri sebagai pengendang professional juga mulai naik
daun, tetapi berlatih bersama seniman-seniman muda tetap dijalaninya.
“Saya senang, karena di sini orangnya kompak dan selalu
berpegang teguh pada tanggungjawab masing-masing. Kegiatan latihan rutin inilah
tempat saya belajar dan berporses. Bukan hanya seni melainkan belajar tenggang
rasa dan toleransi. Walau saya rumahnya jauh, jika diajak latihan rutin
seakan-akan jarak latihannya sangat dekat sekali,” kata Heru yang awalnya
tinggal di Pasinan sebelum pindah ke Gambiran.
Seniman muda lainnya adalah Bagus Nurizal, asal Kepatihan
Rogojampi. Seperti teman-teman lainnya, awalnya Nurizal juga mahasiswa STKW
Surabaya, tetapi sekarang meninggalkan bangku kuliah dan lebih focus sebagai
seniman professional. Nurizal mengaku mendapatkan pelajaran, pentingnya
koordinasi sesama seniman setiap berproses.
Keterangan Gambar : "Latihan
dan Latihan", itu menjadi semangat anak-anak Jiwa Etnik Blambangan. (Foto:
Istimewa)
“Kegiatan ini sangat positif, kreasi inovatif dan kreatif
selalu muncul dengan adanya proses bersama. Bagi kami, proses sangat penting.
Kami selalu mengutamakan proses dalam berkarya, karena proses sebagai penentu
setiap hasil yang dicapai,” kata Bagus Farizal.
Sebelumnya, para seniman muda ini rutin mengisi Angklung
Soren di RTH Singojuruh setiap Sabtu sore. Namun sejak pandemi Covid-19, tidak
ada kegiatan lain lagi dan belum ada yang mengupayakan agar kegiatan itu
dihudupkan kembali.
“Dalam proses latihan bersama ini, kami juga membangun
komunikasi intensif dengan seniman-seniman senior di kawasan Singojuruh.
Tujuannya, agar setiap langkah yang kami ambil tidak tercabut dari akar
seni-budaya Banyuwangi yang asli,” pungkas Adlin. (sen)