(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Prosesi Ritual Adat Seblang di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi memasuki hari kelima. Ratusan orang hadir setiap harinya menyaksikan ritual penolak bala bagi masyarakat adat Osing, tak terkecuali Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah.
Orang nomor dua di Pemkab Banyuwangi itu juga ikut ritual tundikan. Sugirah naik ke atas panggung setelah mendapat sampur (selendang) merah dari sang penari untuk menari bersama penari Seblang yang sedang trance itu., Selasa (10/5/2022) sore.
"Ritual Adat Seblang merupakan
bagian kekayaan budaya yang ada di Banyuwangi. Oleh karena itu Pemkab
berterimakasih kepada tokoh adat dan tetua yang selama ini tetap melestarikan
budaya seblang dan semoga ritual ini tetap abadi sebagai khasanah kebudayaan
yang bisa dinikmati selamanya," tutur Sugirah.
Pada kesempatan tersebut, Sugirah
juga menyampaikan pentingnya rasa syukur melalui makna Payung Agung yang
beririsan kuat dengan ritual Adat Seblang.
"Saya sempat bertanya kepada
ketua adat, mengapa payung ini tidak diganti yang permanen saja, bukan kain
putih. Namun ternyata kain tersebut adalah kain kafan sebagai simbol
kesucian dan sebagai sarana berkomunikasi langsung kepada Allah yang nantinya
kita akan kembali kepadanya," terangnya.
Sugirah juga berterima kasih kepada
para pemuka adat dan warga masyarakat yang selama dua tahun terakhir rela
bersabar dalam mematuhi protokol kesehatan saat pandemi Covid-19 melanda.
"Setelah dua tahun terakhir, acara adat ini kita gelar secara tertutup, alhamdulillah, sekarang sudah bisa dibuka untuk umum. Ini tidak lain berkat saudara semua secara disiplin menaati prokes dan vaksinasi sehingga pandemi bisa ditangani dengan baik," jelasnya.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Ritual Seblang di Desa Olehsari digelar tiap pekan pertama bulan Syawal dalam kalender Hijriyah. Tradisi diawali seorang pawang dengan membawa sang penari Seblang yang menuju arena. Kemudian, penari seblang dipasangkan omprok Seblang yang serupa mahkota rumbai-rumbai.
Selanjutnya para pawang membacakan
mantra yang diringi gending Seblang Lukinto. Sebuah lagu yang dipercaya sebagai
sarana untuk memanggil roh leluhur Sang Hyang masuk ke dalam tubuh si penari.
Sang penari bukanlah orang
sembarangan. Ia harus seorang gadis perawan yang memiliki hubungan darah dengan
para penari Seblang sebelumnya. Sang penari itu bernama Susi Susanti (21). Ia
sudah ketiga kalinya didapuk sebagai penari Seblang Olehsari.
Prosesi terus berlanjut hingga pada
saat ritual Tundik, dimana seblang melempar sampur (selendang) ke penonton,
pertanda harus ikut menari bersamanya. Setelah itu, dilanjutkan dengan prosesi
ider bumi.
Pada prosesi terakhir, penari
bersama pawang, sinden, dan seluruh perangkat keliling desa menuju empat
penjuru yang dianggap sebagai tempat bermula desa Olehsari berdiri hingga ke
makam Mbah Buyut Ketut.
Kemudian dibacakan ritual doa-doa kepada leluhur dan kembali ke arena untuk menuntaskan prosesi kembalinya roh Sang Hyang hingga menjelang Magrib. (Humas/kab/bwi)