Warga Desa Kemiren membaca Lontar Yusuf semalam suntuk. (Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Desa Kemiren, Kecamatan Glagah
Banyuwangi merupakan salah satu desa adat di Banyuwangi. Desa tersebut dikenal
memiliki berada beragam adat dan seni budaya.
Memperingati Hari Jadi ke-167 Desa Kemiren, warga setempat
merayakannya dengan menggelar beragam atraksi yang kental budaya Osing
(penduduk asli Banyuwangi). Berbagai tradisi warisan leluhur warga desa
setempat ditampilkan selama dua hari di depan Kantor Desa Kemiren, 5 sampai 6
November 2024.
Diawali pawai budaya yang menampilkan kekayaan seni dan
tradisi Desa Kemiren. Selamatan desa dengan menu pecel pitik, kuliner khas
masyarakat Osing. Dilanjutkan hadrah dan mocopatan atau membaca Lontar Yusuf
semalam suntuk.
“Di Hari Jadi tahun ini sengaja ditampilkan semua potensi
dan kekayaan tradisi Kemiren. Ini sebagai upaya pelestarian budaya, sekaligus
mendongkrak perekonomian warga. Dengan terus mengenalkan tradisi desa, harapannya
semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke desa kami,” ujar Kepala Desa
Kemiren Mohammad Arifin.
Diketahui, Desa Wisata Adat Osing merupakan destinasi yang
lengkap. Desa yang tak jauh dari pusat kota Banyuwangi ini memiliki keindahan
alam, kesenian yang menawan, kebudayaan yang terus dijaga turun temurun. Desa
wisata tersebut telah memperoleh sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan
pada 2021 dari Kemenparekraf.
Datang ke desa ini, wisatawan akan disajikan dengan daya
tarik wisata yang beragam seperti edukasi, kuliner dan budaya. Adanya pasar
kampoeng osing, warung makan Pesantogan Kemangi dan kawasan rumah adat osing,
untuk memanjakan wisatawan.
Atraksi seni budaya, kentalnya adat tradisi yang hidup
berdampingan, membuat pengalaman wisata yang mengesankan.
Di desa ini keberadaan Gandrung begitu melekat, karena
selain maskot pariwisata dan tari selamat datang, tak lepas dari kiprah maestro
gandrung Temu yang asli Desa Kemiren. Ada juga, burdah, angklung paglak dan
mocoan lontar yusup sebagai salah satu warisan budaya tak benda.
Untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan,
Arifin pun berkomitmen terus berupaya meningkatkan infrastruktur pendukung
pariwisata yang memadai.
“Seperti kebutuhan toilet, akomodasi, hingga souvenir akan
kami siapkan yang sesuai standar. Sehingga pengunjung merasa nyaman datang ke
Kemiren,” ujarnya.
Rangkaian Hari Jadi ke-167 Desa Adat Kemiren akan ditutup
dengan tradisi ngopi bareng yang dikemas dalam Festival Ngopi Sepuluh Ewu
(Ngopi Sepuluh Ribu). “Festival ini kita gelar Rabu malam (6/11) selepas
maghrib. Jangan lewatkan keseruan ngopi bareng ribuan pengunjung di sepanjang
jalan desa Kemiren,’’ kata Arifin.
Tradisi ngopi masyarakat Desa Kemiren ini tak sebatas
menikmati seduhan biji kopi. Namun, ada pesan filosofis yang terkandung dalam
tiap cangkirnya. Dengan secangkir kopi, bisa menyatukan berbagai perbedaan.
Serta merekatkan tali persaudaraan. “Ini tradisi warga desa kami untuk menjaga
persaudaraan,” kata dia.
Dalam festival ini, ribuan cangkir kopi dengan motif yang
sama beserta jajanan khas Kemiren akan terhidang di sepanjang jalan Desa
Kemiren. Kopi yang terhidang merupakan lambang sambutan hangat kepada tamu yang
berkunjung. Hadir ke festival ini, pengunjung dapat menikmati minuman kopi
dan jajanan tersebut secara gratis. (humas/kab/bwi)