(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Deretan kasus kekerasan, perundungan hingga pelecahan seksual kepada pelajar yang banyak mencuat, memantik Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani untuk menggencarkan sosialisasi percegahannya. Bahkan, ia langsung temui para pelajar untuk mensosialisasinya.
Seperti saat Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Kamis (16/3/2023). Ipuk memberikan penyuluhan tentang anti bulliying dan kesadaran untuk menghindari tindak kekerasan dan pelecehan seksual di SMPN 1 Atap Blimbingsari, Watukebo.
“Ayo siapa di sini yang suka
membully?” tanya Ipuk kepada anak-anak.
“Mulai sekarang, tidak boleh
menghina temannya ya. Apapun itu. Tidak boleh menghina orangtua, tidak boleh
menghina fisik, dan lain sebagainya,” lanjut Ipuk.
Pembinaan tersebut, lanjut Ipuk,
telah dilakukan secara sistematis. Semua dilibatkan. Mulai dari stakeholder
hingga wali murid. “Kami telah mengajak pihak kepolisian, TNI, kejaksaan, dan
para pihak lainnya untuk memerangi dosa pendidikan ini,” terang Ipuk.
Selain melibatkan stakeholder terkait untuk turut terlibat menangani, lembaga sekolah juga menjadi garda terdepan dalam pencegahan dan penindakannya. “Di sekolah-sekolah dan pesantren di Banyuwangi, kita siapkan pojok curhat. Ini wadah bagi anak-anak untuk menyampaikan problemnya,” ujar Ipuk.
(Foto: humas/kab/bwi)
Dari pojok curhat tersebut,
lanjut Ipuk, kemudian memberikan keberanian bagi para peserta didik yang
mengalami permasalahan. Dari keterbukaan tersebut, berbagai tindakan preventif
dan penanganan bisa segera diselesaikan.
“Kami mendorong para guru tidak
hanya menunggu. Tapi, harus peka terhadap kondisi murid. Jika ada yang tidak
wajar, segera dekati. Berikan konseling dan problem solving,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas
Pendidikan Suratno menambahkan, upaya tersebut tidak hanya dengan Pojok Curhat.
“Tapi, kami melengkapinya dengan Pekan Parenting. Dimana, kita menyatukan
persepsi antara para guru dengan wali murid untuk bersama-sama memberikan
pengasuhan kepada anak didik kita,” terang Suratno.
Dengan kombinasi antara para guru di sekolah, orang tua di rumah dan seluruh kesadaran stakeholder di lingkungan, akan memberikan pengawasan yang lebih optimal untuk perlindungan anak. “Ini menjadi tanggungjawab bersama,” pungkas Suratno. (humas/kab/bwi)