(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Pameran tentang bandara Banyuwangi dalam rangkaian Festival Arsitektur Nusantara yang digelar di Gedung Djuang Banyuwangi mengungkap satu hal penting. Ternyata, bandara Banyuwangi menjadi patron pembangunan sejumlah bandara lainnya.
Mengusung konsep green building ramah lingkungan dan mengakomodir lokalitas yang menjadi ciri dari Bandara Banyuwangi, diadaptasi ke dalam pembangunan sejumlah bandara. Di antaranya bandara Mandailing Natal dan bandara Sibisa Toba (Sumatera Utara), serta bandara Siboru Fak-Fak (Papua Barat).
“Ini tentu menjadi kebanggaan
masyarakat Banyuwangi. Inovasi yang berasal dari daerah ternyata bisa diterima
di tingkat nasional dan memberikan inspirasi,” ungkap Bupati Banyuwangi Ipuk
Fiestiandani saat melihat pameran arsitektur yang menampilkan desain bandara di
Indonesia, khas nusantara pada Rabu (5/6/2023).
Ipuk menceritakan bahwa bandara
Banyuwangi dengan konsep yang demikian tersebut terinspirasi dari Koh Samui
Airport di Thailand. “Saat mendampingi Pak Anas (Bupati Banyuwangi 2010-2021)
ke Thailand, kami tertarik dengan desain Koh Samui yang unik. Tidak seperti
bandara-bandara lainnya,” ungkap Ipuk.
Atas inspirasi tersebut, lanjut
Ipuk, Bupati Anas menggandeng arsitek Andra Matin untuk mewujudkan gagasannya dengan
melibatkan sejumlah budayawan guna menggali inspirasi sisi lokalitas apa dari
Banyuwangi yang akan ditonjolkan.
“Waktu itu prinsipnya, membangun
bandara yang suistanable. Untuk mewujudkan bandara yang berkelanjutan tidak
hanya ramah lingkungan, tapi juga mengakomodasi nilai-nilai lokal,” kenang
Ipuk.
Dari serangkaian diskusi, akhirnya
terwujudlah desain bandara sebagaimana diketahui hari ini. Dengan mengadaptasi
bentuk udeng khas Banyuwangi dan aksentuasi rumput hijau di bagian atapnya,
membuat bandara menjadi sangat unik dan khas.
Konsepnya yang ramah lingkungan,
menonjolkan lokalitas dan tetap menjaga kehijauan di sekitarnya membuat bandara
ini diganjar Aga Khan Award for Arsitecture pada 2022.
Penghargaan bergengsi bertaraf
internasional ini, menasbihkan kembali Indonesia. Setelah terakhir diterima
pada 1995 untuk bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
“PR kita sekarang adalah bagaimana
menjaga dan mengembangkan bandara Banyuwangi sebaik-baiknya. Ini tidak sekadar
bangunan dengan fungsinya yang tertentu, tapi ini adalah ikon daerah,” tegas
Ipuk.
Menurut Andra Matin, arsitek
bandara Banyuwangi, succes story di Banyuwangi itu menginspirasi daerah lain
untuk mengadaptasi konsep yang sama. “Kami kemudian diminta untuk mendesain
bandara dengan konsep serupa,” terang Andra Matin.
Tiga bandara yang sedang proses
pembangunan di Sumatera Utara dan Papua Barat, merupakan rancangan Andra Matin.
Selain itu, Andra juga menggelar workshop bersama sejumlah arsitek lainnya
untuk membangun bandara dengan konsep serupa. Dari hasil workshop itu,
dihasilkan 12 rancangan bandara dengan konsep serupa.
Di antaranya adalah Bandara Teluk
Dalam, Salakanegara, Paloh, Maratua, Kabir-Alor, Pohuwato, Banggai Laut,
Sitaro, Reni, Kabare, Dorekar, dan Misool. Tersebar dari ujung barat hingga
timur Indonesia.
Perlu diketahui, pameran tersebut
akan berlangsung hingga 8 Juli 2023. Disajikan secara kronologis bagaimana
proses perencanaan hingga pembangunan bandara Banyuwangi. Adapula sejumlah
maket bandara yang terinspirasi oleh bandara Banyuwangi.
Tidak sebatas tentang bandara,
pameran juga menampilkan profil para peraih Aga Khan Award for Arcithecteru
dari masa ke masa. Termasuk beberapa di antaranya yang berasal dari Indonesia.
Selain dua bandara, beberapa bangunan di Indonesia juga tercatat pernah meraih penghargaan yang sama. Mulai dari masjid, pesantren hingga komplek perkampungan. (humas/kab/bwi)