Para pembalap ITdBI nantinya harus taklukkan track ekstrim di kawasan Gunung Ijen. (Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Kompetisi balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI), bakal digelar selama empat hari, 22-25 Juli 2024.
Ajang yang menjadi agenda resmi organisasi balap sepeda dunia UCI (Union Cycliste Internationale) tersebut, menyajikan keindahan bentang alam Banyuwangi di track menantang sejauh 632 kilometer yang terbagi dalam 4 etape.
“Semua etape menyuguhkan
keindahan bentang alam Banyuwangi. kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani,
Jumat (19/7/2024).
“Mulai jalanan perkotaan, kawasan
pedesaan, pantai, hutan, perkebunan, hingga Gunung Ijen yang populer dengan
fenomena api biru-nya,” imbuhnya.
Ipuk mengatakan setiap etape memiliki
karakteristik track berbeda. Mulai dari lintasan flat, tanjakan, hingga yang
ekstrim.
"Tentu akan sangat seru
menyaksikan persaingan para pembalap dunia. Jadi sangat sayang apabila
dilewatkan," tambah Bupati Ipuk.
Etape pertama menempuh jarak
sejauh 136,2 KM start dari SMKN 2 Tegalsari menuju finish di halaman kantor
Bupati Banyuwangi.
Etape dua sejauh 153 KM dari
Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) menuju finish di halaman kantor Bupati
Banyuwangi.
Etape tiga sejauh 175,3 KM start
dari Dusun Kakao dan finish di kantor Bupati Banyuwangi. Dan etape empat sejauh
167,5 KM dari Pantai Boom menuju Paltuding, Gunung Ijen.
(Foto: humas/kab/bwi)
Chairman TDBI 2024 Guntur Priambodo mengatakan, etape satu akan menjadi surga bagi para sprinter karena didominasi lintasan-lintasan flat.
“Etape satu akan didominasi lintasan flat, ada tiga titik sprint yang bisa dimanfaatkan para sprinter untuk memburu poin,” kata Guntur.
Tiga titik sprint itu di KM 42,4 Kalipahit, KM 66,8 Kantor Camat Srono, dan KM 97,2 Karangsari.
Etape dua juga menjadi kesempatan
bagi para sprinter untuk mencuri poin. Namun mereka harus waspada karena bakal
ada tanjakan.
“Etape 2 masih banyak rute flat.
Namun peserta harus tetap waspada karena bakal ada satu tanjakan, meskipun
belum se-ekstrem di tanjakan Ijen. Yakni di KM 65,6 Songgon,” kata Guntur.
Pada etape 2 juga terdapat tiga
titik sprint. Yakni pada KM 45,7 Bandara Banyuwangi, KM 91,8 Sumberwadung
Genteng, dan KM 118,9 Srono.
Guntur menyebut, rute pemanasan
akan terjadi pada etape 3. Peserta bakal dihadapkan pada satu tanjakan dengan
elevasi yang cukup ekstrem pada KM 141,3 Pakel.
“Di sini mulai ada
roliing-rolling. Daerah Pakel tingkat elevasinya mencapai 700 mdpl dengan
gradien (kemiringan) 21 derajat sehingga bakal menguras tenaga,” urai Guntur.
Selain tanjakan yang cukup
menantang, imbuh etape 3 juga terdapat 3 titik sprint. Yakni pada KM 52,2
Seneporejo, KM 68,8 Benculuk, dan KM 122,4 Rogojampi. Hal ini, masih
memungkinkan bagi para sprinter untuk menjuarai etape 3.
“Pada etape 1,2, dan 3 kemungkinan peraih yellow jersey masih sprinter. Baru di etape 4 nanti akan ketahuan siapa juara tanjakannya,” ujar Guntur.
(Foto: humas/kab/bwi)
Etape empat yang merupakan rute
terakhir ITdBI, para rider akan melewati medan mendatar hingga 13 KM awal.
Setelah itu mulai menanjak di
daerah Pesucen, hingga kembali menyusuri medan mendatar. Pembalap disuguhi tiga
titik sprint di KM 61,4 RTH Maron Genteng, KM 87,5 jajag, dan KM 128,1 Pakis.
Selanjutnya, jalanan mulai naik
sejak di Kabat. Ada satu titik tanjakan atau King of Mountain (KOM) yang harus
ditaklukkan para pembalap. Yakni berada di KM 144,9 Kalibendo.
Selepas itu para pembalap melalui
‘jalur neraka’ menuju Paltuding, Gunung Ijen. Rider akan ditantang untuk
menaklukkan tanjakan tipe hors categorie (HC), atau yang paling berat pada KM
162,8 Gunung Rante, Ijen.
“Inilah tantangan terberat, sekaligus penentuan siapa juara ITdBI tahun ini,” pungkas Guntur. (humas/kab/bwi)