(Foto: PT BSI)
KabarBanyuwangi.co.id - Dam Kali Kawat di Dusun Krajan,
Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Rabu (24/3/2021) siang kemarin menjadi
jauh lebih ramai dari biasanya. Sebab, rombongan Bupati Banyuwangi Ipuk
Fiestiandani yang sedang mengadakan kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di
Desa) menyempatkan singgah untuk meninjau dam yang kini sudah berfungsi kembali
mengairi 243 hektare sawah warga.
Dam ini sempat mangkrak sekitar dua puluh tahun lalu dan
baru berfungsi setelah dilakukan normalisasi yang dikerjakan PT Bumi Suksesindo
(BSI) bersama warga mulai pertengahan tahun lalu.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada PT BSI yang tanggap
atas aspirasi masyarakat. Alhamdulillah, sekarang masyarakat bisa mendapatkan
manfaat langsung,” kata Bupati Ipuk Fiestiandani.
Dulu, ketika dam masih mangkrak, petani hanya mengandalkan
hujan untuk mengairi sawah mereka. Akibatnya, hasil panennya kurang optimal,
hanya setengah dari sawah normal. Selain itu, hujan yang diandalkan juga bisa
menjadi sumber masalah ketika debitnya berlebihan karena menyebabkan sawah
kebanjiran.
Dengan berfungsinya dam, aliran air bisa diatur sesuai
kebutuhan. Dua bulan setelah pengerukan pertama yang dilakukan 27 Juli 2020,
petani sudah merasakan manfaatnya. Pada akhir 2020, petani sudah menanam dengan
normal meski pada waktu itu belum banyak hujan turun. Diawal Maret 2021 ini,
para petani sudah berhasil memanen padi mereka. Seperti dua petani warga Dusun
Krajan, mereka mengaku sangat terbantu dengan aliran air dari dam.
“Dulu betul-betul tergantung hujan, sekarang sudah normal,”
kata Suroso.
“Sekarang kami lebih bersemangat ke sawah,” kata Wisnatun, mengamini perkataan Suroso.
Keterangan Gambar :
(Foto: PT BSI)
Sementara itu, menurut Sudarmono, Senior Manager External
Affairs PT BSI, dengan aliran air dari dam, petani saat ini bisa menanam
setahun tiga kali. Padahal sebelumnya hanya sekali, dan di sela-sela penanaman
padi mereka bisa membudidayakan palawija.
“Dengan hitungan konservatif, dari 243 hektare, setidaknya
tahun ini petani Dusun Krajan bisa menghasilkan sekitar 4.400 ton dari sawah
mereka,” kata Sudarmono.
Dam Kali Kawat sendiri dirintis pembangunannya pada 1968
oleh seseorang bernama Maji. Kala itu, kerangka bangunan masih terbuat dari
kayu. Bangunan tersebut mampu bertahan hingga sepuluh tahun. Pada 1978, pemerintah
mengganti bangunan dam dengan material beton dan bertahan sampai saat ini.
Namun, seiring waktu sampah, batuan, dan sedimen yang terbawa arus sungai dari hulu semakin lama semakin banyak memenuhi cekungan dam. Akibatnya, debit air yang semula mencapai 600 ribu meter kubik berkurang drastis. Selama dua puluh tahun terakhir, dam ini praktis mangkrak.
Keterangan Gambar :
(Foto: PT BSI)
Pada pertengahan 2020, Kepala Desa Sarongan Gunoto
meneruskan permintaan warga agar PT BSI membantu menormalisasi dam. BSI
menyambut ajakan ini. Setelah beberapa perizinan dibereskan (karena lokasi dam
berada di dalam kawasan agar alam Meru Betiri), pada 27 Juli 2020 alat berat
mulai mengeruk material yang menutupi dam.
Saat peninjauan, Ipuk menyempatkan menanam pohon alpukat di
tanggul dam. Setelah itu, ia menebar benih ikan nila dan gurami. Benih ikan
yang ditabur hari itu berjumlah sekitar 5.000 ekor. Sebelumnya, BSI juga sudah
melakukan penaburan sebulan lalu untuk menjaga fungsi sungai tetap normal.
Setelah acara tabur ikan, warga mengaku siap menjaga agar berkembang dengan
baik.
“Ikan di sini tidak boleh disetrum, dijaring, apalagi
dipotas. Kalau ketahuan bisa didenda,” kata Sunarko, warga setempat.
Selain menyampaikan apresiasinya kepada PT BSI, Ipuk juga
berharap PT BSI melanjutkan peran memajukan UMKM di wilayah operasinya. (Adv)