Setelah menjalani masa pemeliharaan dan observasi kesehatan, puluhan tukik siap dilepaskan. (Foto: Fattahur)
KabarBanyuwangi.co.id - Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) kembali melepas liarkan tukik hasil tetasan inkubator buatan (Intan Box) di Pantai Pulau Santen, Kelurahan Karangrejo, Jumat (21/10/2022) sore.
Kali ini BSTF mengajak Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi BBKSDA Jawa Timur, Purwantono, perwakilan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL), Bayu Dwi Handoko, tim dokter peneliti serta mahasiswai Sekolah Ilmu Kedokteran dan Ilmu Alam Universitas Airlangga (Sikia Unair) Banyuwangi.
Mereka secara bersama-sama melepas tukik atau anak penyu
jenis lekang (Lepidochelys olivacea). Puluhan tukik saling berebut dan bergerak
dengan mengayunkan siripnya menuju ke laut lepas.
"Hari ini sebanyak 50 ekor tukik jenis lekang
dilepas liarkan. Terdiri dari 44 tukik berjenis kelamin jantan dan 6 ekor
lainnya betina," kata Pembina BSTF, Wiyanto Haditanojo.
Pria yang akrab disapa Wiwit ini menjelaskan, seluruh tukik yang dilepas liarkan itu sebelumnya berasal dari sampel telur yang diambil di beberapa titik sarang alami yang kemudian direlokasi ke inkubator buatan tanpa pasir (Intan Box).
Puliuhan tukik dilepas liarkan di Pantai Pulau Santen, Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi. (Foto:
Fattahur)
Ada tiga perangkat Intan Box yang digunakan. Alat pertama
ditempatkan di Laboratorium SIKIA Unair Banyuwangi. Alat kedua berada di
Sekretariat BSTF Banyuwangi, dan alat ketiga berada di Pantai Cemara
Banyuwangi.
Ketiga alat berbentuk boks ini dilengkapi dengan panel
pengatur suhu dan kelembaban yang bisa diatur secara otomatis. Selain itu juga
dilengkapi dengan kamera CCTV yang terkoneksi dengan smartphone untuk
mempermudah saat melakukan pemantauan.
Keunggulan lain dari Intan Box, jenis kelamin tukik
betina maupun jantan rasionya lebih bisa dikontrol, karena Intan Box bisa
menyesuaikan kelembapan dan suhu udara selama proses inkubasi berlangsung.
Rata-rata masa inkubasi selama 65-134 hari.
"Karena pemanasan global, saat ini mayoritas penyu
yang menetas di alam berjenis kelamin betina. Padahal di alam liar, seekor
induk penyu betina membutuhkan antara 4 sampai 6 penyu jantan untuk membuahi
telur-telur yang ada dalam indung telur penyu betina," jelasnya.
Dari sekian banyak sampel yang dilakukan pada Intan Box,
lanjut Wiwit, prosentase penetasan telur rata-rata diatas 90 persen. Lebih
tinggi dari rata-rata penetasan semi alami yang pernah dikelola BSTF.
"Selain menjalani masa inkubasi, tukik-tukik yang dilepaskan itu sudah menjalani masa pemeliharaan dan observasi kesehatan selama kurang lebih 2-4 bulan," tambahnya.
Tukik
saling berebut dan bergerak dengan mengayunkan siripnya menuju laut lepas.
(Foto: Fattahur)
Intan Box sendiri merupakan inovasi alat yang digagas BSTF. Sejak diciptakan pada tahun 2021, alat ini telah menetaskan ribuan telur penyu. BSTF juga telah mengajukan hak paten atas inovasi penetasan telur penyu tanpa media pasir ini. "Kami sudah daftarkan ke HaKI dan tinggal menunggu hasil pengumuman hak patennya," katanya.
BSTF juga tengah menunggu realisasi terkait rencana BKSDA
pada 2023 akan membuat Intanx Box skala besar menampung 15.000 butir telur
penyu.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah V
Banyuwangi BBKSDA Jawa Timur, Purwantono mengaku akan melaporkan hasil inovasi
Intan Box yang sudah dilakukan tim BSTF dan Sikia Unair.
"Kami hanya sebatas di lapangan. Kaitan dengan kelanjutannya apakah akan ditindak lanjuti untuk diaplikasikan kita masih belum tau, karena inovasi ini masih pada tahap penelitian dan butuh kajian. Sehingga kita masih harus mengkomunikasikan ini dengan Kepala Balai Besar Jatim," jelasnya. (fat)