Unik! Pesantren di Banyuwangi Ini Ajarkan Santrinya Mocoan Lontar YusupPesantren Al-Kautsar

Unik! Pesantren di Banyuwangi Ini Ajarkan Santrinya Mocoan Lontar Yusup

Kegiatan ekstrakulikuler mocoan Lontar Yusup santri di pesantren Al-Kautsar. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Pesantren Al-Kautsar Askandariyah, Sumbersari, Srono punya cara unik untuk mendidik santri-santrinya guna terjun di masyarakat kelak. Mereka tidak hanya dikenalkan pada ajaran agama Islam dengan pendekatan modern. Namun, juga memperkenalkan para santri pada seni tradisi lokal.

Salah satu seni tradisi yang diperkenalkan kepada para santri Al-Kautsar adalah mocoan Lontar Yusup. Tradisi yang dilakukan suku Osing Banyuwangi ini, menembangkan syair-syair sufistik berbahasa Jawa dan beraksara Pegon dengan latar kisah Nabi Yusuf Alaihi Salam.

"Kami sengaja membuat ekstrakulikuler mocoan Lontar Yusup untuk para santri. Hal ini sebagai upaya memadukan antara konsep modern yang sudah kami kembangkan dengan tradisi lokal yang mengandung kearifan. Kami berharap nantinya akan lahir santri yang holistik," ungkap Pengasuh PP Al-Kautsar, Gus Asadullah Nur Hamid Askandar saat ditemui disela-sela haflah akhirussanah pesantrennya, Kamis malam (30/6/2022).

Baca Juga :

Pada haflah akhirussanah, para santriwati unjuk kebolehan menembangkan mocoan Lontar Yusup. Tradisi ini mulai tergerus zaman. Tak banyak orang masih melestarikan tradisi yang kerap dilakukan pada acara-acara penting dalam ritual adat. Seperti saat menjelang pernikahan, selamatan kampung atau lain sebagainya.

"Alhamdulillah, mereka baru belajar dalam waktu tiga bulan terakhir ini. Meskipun terhitung baru, tapi mereka cukup baik dalam membawakan mocoan Lontar Yusup," ungkap Asadullah.


Para santri di pesantren Al-Kautsar mahir bawakan mocoan Lontar Yusup. (Foto: Istimewa)

Apa yang dilakukan oleh Pesantren Al-Kautsar mendapat apresiasi sejumlah pihak. Di antaranya dari Founder Komunitas Pegon, Ayung Notonegoro. Menurutnya, upaya yang dilakukan oleh pesantren tersebut sebagai langkah konkrit dalam melestarikan tradisi peninggalan Walisongo dan para ulama terdahulu di Nusantara.

"Saya sangat mengapresiasi langkah Pesantren Al-Kautsar ini. Sebagai pesantren dengan sistem kurikulum modern, namun berani berinovasi turut melestarikan salah satu peninggalan Walisongo," ujarnya.

Mocoan Lontar Yusup, imbuh Ayung, adalah salah satu medium dakwah yang awal-awal dipergunakan untuk mengajarkan Islam ke masyarakat Nusantara. Tak terkecuali di Banyuwangi.

"Tradisi ngidung yang merupakan peninggalan pra-Islam dimodifikasi oleh para wali penyebar Islam menjadi beragam tembang. Kitab yang dibacanya pun berubah. Yang awalnya sarat dengan nilai-nilai pra-Islam, diubah dengan kisah-kisah Islami ataupun nilai-nilai yang sesuai dengan tauhid dan fiqih," terang penulis buku Islam Blambangan itu.

Langkah progresif dari Pesantren Al-Kautsar, menurut Ayung, juga merupakan satu momentum penting dalam kembali menjembatani kalangan santri dengan seni tradisi. Selama ini, akibat dinamika politik pada masa kolonial dan berlanjut hingga Orde Lama, ada dikotomi antara santri dan tradisi.


Lontar Yusup dibaca santri pesantren Al-Kautsar. (Foto: Istimewa)  

"Selama ini mocoan ini dianggap hanya sebagai ritual tradisi semata. Para santri tak banyak yang tahu jika itu awalnya adalah medium dakwah yang syarat makna. Begitu pula kalangan pelaku tradisi tersebut, gagap menjelaskan tentang pemaknaannya. Hal ini kemudian menimbulkan dikotomi. Bahkan, di beberapa tempat sempat menimbulkan ketegangan," jelentrehnya.

"Dengan langkah dari Al-Kautsar ini, menjadi momentum kebudayaan yang luar biasa. Bagaimana pesantren kembali bergumul mesra dengan tradisi yang selama ini telah terabaikan oleh kalangan santri," imbuh penulis buku Manunggaling NU Ujung Timur Jawa itu.

Perlu diketahui, Pesantren Al-Kautsar merupakan lembaga pendidikan yang dirintis oleh KH. Nur Hamid Askandar. Dengan mengusung konsep modern, tidak hanya mengajarkan para santri ilmu Islam yang wasathiyah (moderat), namun juga dilengkapi dengan beragam skill.

Di antaranya bahasa Asing (Arab dan Inggris), TOEFL yang dikeluarkan ITS Surabaya bagi lulusan SMA-nya. Selain itu, juga diadakan program khusus kurikulum internasional bagi Madrasah Tsanawiyah-nya yang bekerjasama dengan Universitas Negeri Malang. (red)