Plt Kepala Dispertapa Banyuwangi, Ilham Juanda. (Foto: Fattahur/Dok)
KabarBanyuwangi.co.id - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
menghadapi tantangan baru di sektor pertanian, yaitu menyusutnya jatah alokasi
pupuk bersubsidi.
Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Banyuwangi
sebelumnya telah mengusulkan kebutuhan pupuk 2024 meliputi 49.139,74 ton urea
dan 60.045,37 ton NPK.
Plt Kepala Dispertan Banyuwangi, Ilham Juanda menyebut,
kebutuhan yang diusulkan sesuai elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok
(e-RDKK).
Namun, alokasi yang diterima petani Banyuwangi jauh dari
harapan.
Data dari Dispertapa Banyuwangi, tahun ini petani hanya
mendapatkan alokasi pupuk 25.947,68 ton untuk urea dan 17.642,36 ton untuk
pupuk NPK. Artinya, dari usulan kebutuhan pupuk urea dan NPK hanya terpenuhi
sekitar 50 persen saja.
“Secara umum dari alokasi yang ditetapkan berkurang dari
usulan kebutuhan,” kata Ilham Juanda kepada wartawan, Jumat (12/1/2024).
Kondisi ini, menurut Ilham, terjadi secara nasional.
Alokasi pupuk bersubsidi yang digelontorkan Kementerian Pertanian (Kementan)
memang ada pengurangan.
Meski demikian, Kementan menegaskan bahwa Presiden Jokowi
menyetujui tambahan alokasi anggaran pupuk bersubsidi, sehingga diperkirakan
akan mencukupi kebutuhan pupuk petani.
“Sudah diumumkan oleh pemerintah akan ada tambahan subsidi.
Insya Allah, tambahan tersebut mencukupi kebutuhan petani kita,” cetusnya.
Petani Banyuwangi tebar pupuk subsidi di lahan
pertanian mereka. (Foto: Istimewa)
Untuk mengatasi tantangan ini, Dispertapa terus berupaya
mencukupi kebutuhan pupuk petani melalui berbagai program yang telah disiapkan.
Terlebih Bupati Banyuwangi telah memprogramkan bantuan Pupuk
Organik Cair (POC) sebagai salah satu program unggulan.
Tak hanya itu, Dispertapa juga melakukan inovasi Cek
Pubertas (Cek Pupuk Bersubsidi dengan Solusi Berkualitas), yaitu dengan
mengembangkan RUPA (Rumah Layanan Pupuk Alternatif) minimal 2 lokasi di setiap
kecamatan.
Di dalam RUPA, petani di samping diberikan bantuan POC,
juga mendapat bimbingan teknis pembuatan pupuk alternatif, yaitu pembuatan MOL
(Mikro Organisme Lokal) dan pupuk organik cair/padat yang dibuat dengan
memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di sekitar lingkungan hidup para petani
itu sendiri.
“Pengembangkan inovasi agar petani menggunakan pupuk
alternatif, pupuk organik, ini untuk melengkapi kekurangan ketergantungan
petani terhadap pupuk subsidi,” tegasnya. (fat)