(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani merilis Kampung Cerdik. Sebuah program kesehatan berbasis desa untuk mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti hipertensi dan diabetes militus.
Jargon “Cerdik” merupakan akronim dari Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress.
Program tersebut dirilis Bupati
Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat acara musyawarah perencanaan pembangunan
(Musrenbang) di Pendopo Banyuwangi, Senin (13/3/2023).
“Tren PTM ini terus meningkat,
termasuk di Banyuwangi. Untuk itulah, program ini dibuat agar kita sama-sama
bisa mencegahnya,” kata Ipuk.
Menurut data Riskesda 2018, PTM
merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Kasusnya meningkat
dibandingkan Riskesda 2013.
Seperti, prevalensi stroke naik
dari 7 persen menjadi 10,9 persen, prevalensi diabetes naik dari 6 persen
menjadi 8,5 persen, dan prevalensi hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi
34,1 persen.
Di Banyuwangi sendiri, hipertensi
merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Padahal
hipertensi jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan munculnya
penyakit-penyakit serius lainnya, seperti stroke, gagal jantung, dan gagal
ginjal.
"Dari program ini kami melibatkan
pihak desa hingga RT/RW untuk "sedikit memaksa" warganya agar mau
rutin memeriksakan kesehatannya. Fungsinya deteksi dini terhadap faktor resiko
PTM sebagai langkah preventif,” jelas Ipuk.
Program Kampung Cerdik
dilaksanakan berbasis desa. Mulai ketua desa hingga Ketua RT/RW berperan aktif
mengajak warganya melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Caranya, setiap warga diwajibkan
memiliki Kartu Cerdik sebagai persyaratan pengurusan administrasi kependudukan
di desa. Kartu cerdik tersebut bisa diperoleh jika warga sudah melakukan
skrining kesehatan di pos pembinaan terpadu (posbindu).
Sementara itu, Plt Kepala Dinas
Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, menambahkan saat ini total sudah terbentuk
193 Kampung Cerdik se-Banyuwangi.
“Masing-masing desa minimal harus
ada satu, sehingga target dalam 2023 ini bisa terbentuk 217 Kampung Cerdik
se-Banyuwangi,” kata Amir.
Amir menambahkan, program ini
dilaksanakan di semua desa dan kelurahan, secara bertahap juga dilaksanakan di
tingkat dusun, rukun warga (RW), hingga rukun tetangga (RT).
“Sasaran utamanya adalah kelompok
masyarakat sehat, beresiko, dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas,”
terang Amir.
Dalam pelaksanaannya, kader yang
berada di bawah binaan Puskesmas setempat akan secara kontinyu melakukan
promosi dan sosialisasi kesehatan di lingkungan sekitar.
Misalnya, dalam pengajian, karang
taruna, dan kegiatan lainnya terkait perilaku pentingnya pencegahan dan deteksi
dini PTM dengan menerapkan perilaku hidup sehat dan “Cerdik”.
“Tidak hanya di puskesmas, kami
secara rutin juga menggelar pemeriksaan di pos kelurahan, kantor desa, atau
lokasi yang disepakati warga,” ujar Amir.
Warga yang telah melakukan
skrining kesehatan, akan mendapatkan Kartu Cerdik dan gelang sesuai hasil
diagnosanya. Gelang biru bagi warga yang terdiagnosa diabetes. Sedangkan gelang
merah untuk penderita hipertensi.
Gelang tersebut sebagai pengingat
untuk berobat secara rutin ke puskesmas. Selain itu, warga yang sakit juga
mendapat pemantauan secara intensif dari kader di kampungnya.
“Kader akan melaporkan hasil pantauannya melalui aplikasi yang terkoneksi dengan puskesmas. Jika memang diperlukan penanganan lanjutan, warga akan langsung dirujuk ke RS,” pungkas Amir. (humas/kab/bwi)