Diskusi tentang Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) bersama sejumlah maestro seni di Banyuwangi. (Foto: Fattahur)
KabarBanyuwangi.co.id - Serangkaian kegiatan dalam Galang
Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK) dihelat selama empat hari di Banyuwangi.
Acara yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tersebut bertujuan untuk
memperkenalkan secara luas dan mengembangkan ragam seni, ritual, pengetahuan
dan teknologi tradisional serta ekspresi kultural di Banyuwangi.
Salah satu kegiatannya yakni, agenda diskusi yang berlangsung
di Aula Universitas 17 Agustus (Untag) Banyuwangi, Senin (20/11/2023). Berbagai
tokoh kebudayaan dihadirkan sebagai narasumber.
Sebut aja Maestro Gandrung Temu Misti, Maestro Janger
Sugiyo, Tokoh Adat Keboan Aliyan Bambang dan Pelestari Kitab Kuno Lontar Yusup,
Wiwin Indarti.
Dalam agenda diskusi itu, persoalan dan tantangan
pelestarian budaya di Banyuwangi dibedah satu per satu.
Ketua Pelaksana Galang Gerak Budaya Tapal Kuda di
Banyuwangi, Dedy Wahyu Hernanda mengatakan GGBTK merupakan ajang untuk menggali
nilai-nilai dan spirit di daerah Tapal Kuda. Utamanya tentang Warisan Budaya
Tak Benda (WBTB).
"Tujuan dari kegiatan ini yakni mengangkat kembali
ragam budaya yang lahir dari proses sosiohistoris masyarakat di kawasan Tapal
Kuda, khususnya di Banyuwangi," kata Dedy.
Dedy menyebut Banyuwangi memiliki 7 WBTB yang sudah
ditetapkan Kemendikbud, diantaranya Gandrung, Janger, Keboan Aliyan, Lontar,
Tumpeng sewu, Seblang, dan Rengganis.
Oleh karenanya, 7 WBTB itu menjadi topik yang disajikan
dalam GGBTK di Bumi Blambangan yang dimulai sejak tanggal 17 November lalu.
"Kegiatan ini sekaligus memberi ruang untuk maestro
dan aktualisasi seni budaya yang telah ditetapkan sebagai WBTB. Mengenalkan
kepada generasi muda di berbagai elemen. Dengan harapan bisa membangun
kesadaran dari semua sektor," jelasnya.
Melalui GGBTK, ia berharap potensi yang dimiliki Banyuwangi
bisa menjadi embrio yang dapat memperkokoh persatuan dari semua perbedaan dan
keanekaragaman di Banyuwangi.
"Tantangan dari mempertahankan kebudayaan salah
satunya adalah sistem kaderisasi. Oleh sebabnya dengan kegiatan semacam ini
diharapkan mampu memupuk kecintaan anak terhadap budaya di daerahnya,"
tegasnya. (fat)