Warga di Kalibaru Minta Ipuk Lanjutkan Program Penanganan StuntingPasangan Ipuk-Mujiono

Warga di Kalibaru Minta Ipuk Lanjutkan Program Penanganan Stunting

Warga Kalibaru bertemu Ipuk Fiestiandani. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id – Warga di Kecamatan Kalibaru, menginginkan program Banyuwangi Tanggap Stunting (BTS) dilanjutkan.

Hal itu disampaikan emak-emak ketika bertemu Ipuk Fiestiandani yang sedang berada di wilayah Kecamatan Kalibaru, Jumat (25/10/2024).

Mereka menilai, sejumlah program saat Ipuk menjabat Bupati Banyuwangi sangat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu contohnya yakni BTS.

Baca Juga :

Program BTS yang digulirkan pada Juli 2022 lalu, sukses menjangkau ribuan anak di berbagai pelosok desa. Mereka telah teridentifikasi by name by address, berikut faktor risikonya.

“Terima kasih Bu Ipuk, anak saya sekarang jauh lebih sehat, berat badannya bertambah, dan gizinya tercukupi,” kata Hidayah (33), salah seorang warga.

Pada praktiknya, program BTS menyediakan bantuan makanan bergizi tambahan bagi anak yang telah terindikasi stunting. Mereka juga diperiksa setiap bulan oleh kader Posyandu.

“Bantuan berupa ayam, telur, kacang hijau, dan susu sangat membantu. Anak saya diperiksa setiap bulan di Posyandu, dan perkembangan kesehatannya terlihat jelas,” ujar Ummi Kulsum (29), warga lainnya.

Warga berharap agar program yang bermanfaat bagi masyarakat ini tetap berjalan. “Terima kasih Bu Ipuk, atas program ini. Kami semua berharap program ini bisa terus dilanjutkan. Anak-anak kami sekarang jauh lebih sehat,” ungkap Kulsum.

Sementara itu Ipuk yang juga cabup nomor urut 1, berkomitmen untuk memperkuat program BTS tersebut. Menurutnya, penanganan stunting ini bukan hanya soal masalah kesehatan, namun dampak jangka panjangnya pada pembangunan manusia dan ekonomi bangsa di masa depan.

“Kesehatan anak-anak adalah kunci masa depan. Ke depan, program ini akan kami perkuat lagi dengan berbagai program pendukung,” ujar Ipuk.

Ipuk menambahkan, penanganan stunting tidak hanya untuk anak balita, tapi Ibu hamil berisiko tinggi juga menjadi prioritas utama. Mereka terus dipantau oleh petugas Puskesmas untuk memastikan tidak ada kelahiran dengan dengan berat badan lahir rendah (BBLR). (red)