Tim Ijen Geopark gesah kebencanaan bersama masyarakat umum hingga pegiat lingkungan di Pelinggihan Dibudpar Banyuwangi. (Foto: Fattahur)
KabarBanyuwangi.co.id - Kabupaten Banyuwangi berhasil bertranformasi hingga akhirnya kini dikenal sebagai kota di Jawa Timur yang memiliki keragaman budaya, destinasi wisata serta potensi keindahan alam yang tak terbantahkan.
Potensi keindahan alam yang disuguhkan mulai dari deretan pantai cantik berpasir putih, kawah eksotis, hingga taman nasional yang ikonik, itu mampu mendatangkan banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.
Tak heran jika kabupaten yang terletak di ujung timur pulau
Jawa ini mendapat julukan The Sunrise of Java. Namun dibalik keindahan yang
dimiliki itu, ternyata Banyuwangi juga menjadi salah satu kabupaten yang
dikelilingi potensi kebencanaan yang luar biasa.
"Dari sisi geologi, Banyuwangi sebenarnya etalase
bencana. Jadi, semua bencana itu disini ada. Karena masing-masing tempat
menyimpan kebencanaan," kata Abdillah Baraas, Ketua Harian Geopark Ijen
dalam agenda gesah bareng mahasiswa, aktivis lingkungan, pecinta alam, hingga masyarakat
umum soal kebencanaan, Kamis (13/10/2022).
Agenda yang digelar di Pelinggihan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi ini sengaja digelar bersamaan dengan
peringatan Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional.
Menurut Abdillah Baraas, bencana alam merupakan siklus yang
sewaktu-waktu bisa mengancam Banyuwangi, mulai dari gunung api meletus, gempa
bumi. Karena letak Banyuwangi dekat dengan dua lempeng besar yakni Lempeng
Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Kemudian Banyuwangi juga berisiko tsunami,
likuifaksi, hingga bencana hidrometeorologi.
"Kalau bicara gempa bumi, pusatnya di selatan. Kalau
gunung api meletus ya di wilayah utara dan barat. Hidrometeorologi di
daerah-daerah berdataran rendah," jelasnya.
Ia mencontohkan peristiwa bencana alam sekaligus dampak
yang pernah terjadi di masa lalu. Yakni Gunung Api Raung pernah megalami
letusan hebat pada tahun 1593 yang mengakibatkan Banyuwangi gelap gulita selama
8 hari 8 malam dan pendinginan global selama 3 tahun.
"Peristiwa itu bisa saja terulang. Karena bencana alam
itu memiliki siklus. Gunung Raung itu punya siklus pendek 2,5 tahun dan siklus
panjang kisaran 50 sampai 100 tahun," katanya.
Bencana alam menjadi ancaman luar biasa apabila tidak
dibarengi dengan upaya mitigasi bencana. "Di era sekarang ini, hanya
segelintir orang yang paham dengan potensi bencana yang ada. Padahal kita hidup
di daerah yang punya etalase bencana,” tandasnya.
“Oleh karena itulah melalui edukasi yang kita lakukan ini
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat agar paham
dengan kebencanaan serta upaya mitigasi bencana yang harus dilakukan," pungkasnya
(fat)