Pengecekan tiket pengguna jasa sebelum masuk kapal di Pelabuhan ASDP Ketapang. (Foto : Fattahur/dok)
KabarBanyuwangi.co.id - Kebijakan penggunaan aplikasi Ferizy atau e-ticketing yang diterapkan PT ASDP Indonesia Ferry untuk pengguna jasa angkutan pelayaran menuai kritik. Tak hanya dari masyarakat, Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (Gapasdap), juga buka suara.
Ketua DPD Gapasdap Provinsi Jawa Timur, Sunaryo, menyatakan aplikasi Ferizy dibuat dengan tujuan supaya pembelian tiket lebih mudah, murah dan cepat. Namun demikian banyak pemakai jasa mengeluh pada Gapasdap terkait penggunaan aplikasi Ferizy.
“Orang untuk membuka aplikasi Ferizy dengan HP itu agak
susah. Orang lebih cenderung untuk membeli tiket di konter-konter yang berada
di sepanjang jalan,” jelas Sunaryo.
Sunaryo menambahkan, rata-rata pemakai jasa yang membeli
tiket di konter kesulitan mengakses aplikasi Ferizy, karena mereka belum melek
teknologi. Sehingga mereka terpaksa membeli tiket di konter penjualan tiket pinggir
jalan sekitar pelabuhan meski harganya lebih mahal dari yang ditetapkan
pemerintah.
“Karena konter-konter tersebut mematok biaya administrasi untuk pembelian tiket. Tujuan aplikasi untuk lebih murah ini tidak masuk, sehingga pengguna jasa membayar lebih mahal dari harga tiket yang ada,” tegasnya.
Pengguna jasa yang hendak masuk pelabuhan membeli
tiket. (Foto: Fattahur/dok)
Sunaryo menyarankan ASDP kembali menggunakan sistem
pembelian tiket dengan menggunakan e-money atau semacam e-tol, agar masyarakat
tidak perlu menggunakan aplikasi.
“Pakai e-money bisa langsung bayar. Dulu pernah diterapkan
sebelum Ferizy ada. Supaya masyarakat ada pilihan. Bolehlah ada Ferizy, tapi
masyarakat jangan dipaksa pakai Ferizy, ada pilihan,” ujarnya.
Ahmad Taufik, salah seorang pengguna jasa penyeberangan di Pelabuhan
ASDP Ketapang, asal Jember mengaku lebih senang dengan sistem pembelian tiket
lama, yakni membeli tiket di loket ASDP. “Lebih enak beli tiket langsung di
loket (ASDP), langsung bayar di loket,” ujarnya.
General Manager PT. ASPD Indonesia Ferry Cabang Ketapang,
Hasan Lessy mengakui pada musim mudik kemarin aplikasi Ferizy agak sulit
diakses akibat banyaknya pengguna yang secara bersamaan mengakses.
“Dua tahun tidak ada mudik. Saat kemarin diizinkan mudik,
pengguna aplikasi membeludak, sistem sibuk. Seperti saat kita beli pulsa, sudah
transaksi tidak juga masuk, masuknya lambat,” jelasnya.
Kapal Ferry berlayar menuju Pelabuhan
Gilimanuk, Bali. (Foto: Fattahur/dok)
Menururtnya, penggunaan aplikasi Ferizy untuk mempermudah
pengguna jasa membeli tiket. Karena dengan penggunaan aplikasi, selain
masyarakat dapat membeli sendiri juga dapat menghindari praktik percaloan.
“Dengan aplikasi ini juga tidak ada lagi penjualan tiket di
dalam pelabuhan. Seperti di bandara, tidak ada lagi penjualan tiket di
pelabuhan. Kendaraan yang masuk ke Pelabuhan bisa tertib,” tegasnya.
“Karena pada saat masuk pelabuhan semua sudah siap, mulai
tiket dan persyaratan perjalanan. Untuk pengguna jasa yang tidak memiliki HP
android disarankan beli di konter resmi agar harganya tidak mahal,” pungkasnya.
(fat)