Penerapan pertanian berbasis hidroponik di Kelurahan Singonegaran, berada tepat di jantung Kota Banyuwangi. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Dalam rangka program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), dosen Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) terapkan salah satu metode pertanian di lahan kota sempit menggunakan Hidroponik dengan Metode Deep Flow Technique (DFT) di Kelurahan Singonegaran, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Jumat (15/10/2021).
Hidroponik teknik DFT menitikberatkan kepada sirkulasi aliran air yang konstan untuk membawa nutrisi makanan cadangan tumbuhan. Penerapan metode ini mengharuskan pompa air untuk bekerja terus menerus dengan energi listrik dalam menggerakkan pompa yang berasal dari energi panel surya.
Pentingnya penerapan energi solar panel, dapat mengurangi
konsumsi energi berbasis fosil atau minyak. Energi matahari yang melimpah tentu
dapat dimanfaatkan di bidang pertanian hidroponik.
Salah satu program kegiatan pertanian yang diketuai oleh
Abdul Rohman S.T., M.T dosen program studi (Prodi) Teknik Manufaktur Kapal
tersebut juga diikuti oleh Abdul Holik S.T., P.M., Sc dosen Prodi Agribisnis
dan Herman Yuliandoko S.T., M.T dosen Prodi Teknik Informatika.
Kegiatan yang dimulai dengan sosialisasi pada Jum'at
kemarin tersebut menggandeng Kelurahan Singonegaran. “Sumber dana kegiatan ini
dibiayai oleh DIPA 2021 Poliwangi," terang Abdul Rohman.
Dirinya menjelaskan, kegiatan ini terdiri dari beberapa
tahap, yakni sosialisasi, praktek, dan monitoring. Pada tahap kegiatan
sosialisasi, dilakukan dengan memberikan materi tentang potensi energi solar
panel dan pentingnya pertanian dengan metode Hidroponik DFT.
"Pemahaman energi bagi warga merupakan wawasan baru
sehingga warga dapat lebih perhatian terhadap energi bersih (Green Clean),”
jelas Abdul.
“Selain dapat memahami sistem pertanian hidroponik,
masyarakat juga memahami pentingnya memilih konsumsi sayuran untuk kebutuhan
keluarga sendiri sekaligus potensi menjualnya jika jumlah panen yang
berlebih," imbuh Abdul.
Setelah tahap praktik, dosen Poliwangi serahkan
alat kepada warga Kelurahan Singonegaran. (Foto: Istimewa)
Sedangkan pada tahap praktik, warga dapat mempraktekkan
penyusunan rangkaian saluran aliran air dengan menggunakan pipa PVC, baja
ringan serta media pencampur nutrisi AB-mix.
"Kegiatan praktek ini juga membuat campuran nutrisi
dari AB-mix menjadi cairan Nutrisi, mengukur PH air, mengukur ppm air. Ukuran
ppm dalam aliran hidroponik penting untuk dijaga karena akan berpengaruh kepada
masa pertumbuhan," terang Abdul lagi.
"Secara umum ukuran ppm air tanaman hidroponik untuk
sayuran 800-900 ppm dan jika tanaman buah sekitar 1100-1200 ppm," imbuhnya.
Praktek pesemaian bibit juga diberikan kepada warga agar
dapat menghasilkan bibit pesemaian yang baik dan siap tanam. Persemaian bibit
ini menggunakan media tanam rockwoll.
Kemudian, pada tahap monitoring adalah memberikan
konsultasi atau pendampingan jika ada masalah terjadi. Yakni terkait tingkat
pertumbuhan, campuran air sesuai kadar nutrisi yang di butuhkan, dan pengecakan
instalasi kelistrikan Solar Panel.
“Pendampingan dilakukan selama 2 bulan untuk memastikan
proses perawatan tanaman hingga proses panen," jelas dosen Prodi Teknik
Manufactur Kapal tersebut.
Sementara itu, Lurah Singonegaran, Achmad Saichu berharap,
warga dapat memanfaakan ketersediaan lahan sempit untuk dilakukan pertanian
urban farming. Sehingga dapat membantu warga mengonsumsi sayuran yang sehat
dengan hasil budidaya sendiri.
"Kami berterimakasih dengan adanya kegiatan ini.
Semoga dapat memperbaiki keadaan lingkungan kami yang termasuk pemukiman padat
penduduk. Jadi yang sebelumnya lahan hijau sangat sedikit serta kondisi panas
cukup tinggi dapat dirubah,” tutupnya. (man)