(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Satu lagi talenta hebat muncul dari Kabupaten Banyuwangi. Ahmad Nadhif, anak berusia delapan tahun itu, sudah hafal Al-Qur'an sejak berusia tujuh tahun lebih dua bulan. Itu pun dihafalkannya dalam rentang waktu tak genap satu tahun.
Tak ayal, saat Nadhif mengikuti ajang lomba tahfidz di salah satu televisi nasional yang tayang Ramadan ini, kehadirannya memukau banyak kalangan. Keterbatasan fisik dan gangguan pada suaranya tak menyurutkan bocah asal Desa Tegaldlimo, Banyuwangi itu untuk menghafal dan melantunkan kalam ilahi.
"Adik Nadhif ini menjadi
motivasi dan inspirasi bagi kita semua. Bahwa Allah SWT selalu memberikan yang
terbaik bagi kita, dalam situasi dan kondisi apapun," ungkap Bupati
Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat bertemu Nadhif pada acara Festival Al-Qur'an,
Selasa (19/4/2022).
Kepada bocah kelas 2 Madrasah
Ibtidaiyah Tarbiyatus Syibyan Tegaldlimo itu, Ipuk terlihat mengobrol dengan
gayeng. Keduanya sangat akrab. "Bisa dibuka maskernya, Bu?" pinta
bocah kelahiran 1 April 2014 itu saat bertemu dengan Bupati Ipuk.
Ipuk yang disiplin mengenakan masker itu pun menuruti. "Pingin tahu wajahnya bunda, ya?" jawab Ipuk. "Oke, karena sudah tak banyak orang, saya buka," imbuhnya yang senantiasa menjaga prokes tersebut.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Nadhif pun sumringah. Rasa
penasarannya untuk melihat langsung wajah pemimpin Banyuwangi itu terwujud.
"Saya senang bisa di sini," ungkapnya polos.
Kiai Muhammad Thohir, ayahanda
Nadhif, yang mendampinginya menceritakan bahwa anaknya tersebut mulai
menghafalkan Al-Qur'an sejak berusia 6,5 tahun. Hampir setiap hari bisa
menghafalkan beberapa lembar ayat-ayat suci Al-Qur'an.
"Kami menerapkan pola hafalan
secara klasikal. Membacanya bersama-sama dan kemudian setoran satu per
satu," ungkap ayahnya yang sekaligus sebagai pengasuh Pesantren Tahfidz
Sunan Kalijogo, Tegaldlimo itu.
Thohir mengaku cukup memberikan
kelonggaran pada putranya tersebut. Nyaris ia tak memaksakannya. Seperti halnya
tatkala waktunya bermain, kedua orangtuanya mempersilakan buah hatinya itu
untuk bermain.
"Tapi, karena lingkungannya di pondok, banyak teman-teman seusianya yang menghafalkan Al-Qur'an, jadi ya tetap kondusif untuk menghafalnya," ungkap kiai lulusan Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri itu.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Di pesantren yang diasuhnya
tersebut, terang Thohir, ada sekitar 50 santri anak-anak yang tinggal untuk
menghafal Al-Qur'an. Serta tak kurang dari 150 santri lainnya yang hanya
belajar dan menghafal, tapi tinggal di luar pondok.
"Terciptanya lingkungan inilah
yang saya kira berpengaruh dalam mempercepat hafalan," ujar Thohir yang
mulai merintis pesantren sejak empat tahun silam itu.
Saat ini, di pesantren tahfidz
tersebut, tak kurang dari 7 santrinya yang telah hafal 30 juz. Rerata masih
duduk di bangku kelas 5 hingga 6 sekolah dasar.
"Pada tahun kemarin, kita mulai merintis boarding school. Sehingga nantinya bisa terintegrasi antara program tahfidz dan pendidikan formalnya," pungkas Thohir. (Humas/kab/bwi)