Bunga Edelweis Tumbuh Subur di Kaki Gunung Rante Banyuwangi

Bunga Edelweis Tumbuh Subur di Kaki Gunung Rante Banyuwangi

Bunga edelweis hasil budidaya tumbuh subur di kaki Gunung Rante Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Bunga Edelwis merupakan satu tumbuhan yang kerap dijumpai di daerah pegunungan. Bagi anda yang hobi naik gunung, tentunya sudah tak asing lagi dengan bunga abadi ini.

Bunga dengan nama latin Anaphalis Javanica ini adalah salah satu tanaman langka dan dilindungi. Keberadaannya selalu dielu-elukan pendaki.

Beberapa gunung di Indonesia menjadi habitat bagi bunga edelweis. Salah satunya bisa bisa anda jumpai di Gunung Ijen.

Baca Juga :

Bunga edelweis biasanya tumbuh di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Namun siapa sangka, bunga tersebut bisa dibudidaya di tempat yang lebih rendah. Tepatnya di kaki Gunung Rante, masuk wilayah KPH Perhutani Banyuwangi Barat.

Pembudidaya adalah Bambang Heri Purwanto, warga Desa/Kecamatan Licin, Banyuwangi. Dia berusaha membudidayakannya agar terhindar dari kepunahan.

Berkat tangan dingin Heri, bunga edelweis yang ia tanam sejak 2019 bisa tumbuh subur hingga saat ini.

"Kita punya PKS (perjanjian kerja sama) dengan Perhutani, kita budidayakan di wilayah Perhutani,” kata Heri.

Heri merupakan seorang pensiunan pegawai petugas Pos Pengamatan Gunung Api, termasuk gunung Ijen.

Sejak pertama bertugas pada tahun 1985, Heri beberapa kali datang ke berbagai gunung api. Pada ketinggian tertentu yakni di atas 2.000 MDPL dia menemukan jenis bunga edelweis.

“Ternyata di sekitar Gunung Ijen juga banyak (bunga edelweis),” ucapnya.


Heri tunjukkan Bunga Edelweis di kaki Gunung Rante Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

Begitu memasuki masa purna tugas, Heri pun mulai mengumpulkan benih bunga edelweis yang ada di sekitar kaki Gunung Rante.

Lokasi kaki Gunung Rante ini berdekatan dengan lereng Gunung Ijen. Ketinggiannya di atas 1.800 MDPL, atau mendekati 2.000 MDPL.

Benih bunga edelweis kemudian ditanam di satu tempat di kaki gunung rante. Ini dilakukannya saat kawasan tersebut menyisakan arang akibat kebakaran hutan. Arealnya sekitar seperempat hektar.

“Pada bulan Agustus hingga September sudah mulai berbunga, pada bulan Oktober bunga edelweiss mekar sempurna,” terangnya.

Menurut Heri, bunga edelweis memiliki beragam jenis. Ada yang berwarna putih, kuning, bahkan ungu seperti yang ada di Gunung Gede.

Namun rata-rata yang paling banyak ditemukan, kata Heri, adalah bunga edelweis berwarna putih.

“Di sekitar Ijen kebanyakan putih, saya pernah menemui kuning tapi mati,” katanya.

Keberadaan bunga edelweiss di tempat ini cukup menarik minat wisatawan. Bunga edelweis tidak boleh sembarangan dipetik. Pengunjung hanya boleh melihat atau berfoto saja.

Meski banyak dikunjungi, namun kata Dia, tidak ada kontribusi dana yang masuk. Sehingga dirinya kesulitan dana untuk merawat bunga-bunga tersebut.

Saat ini di sekitar lokasi budidaya banyak tumbuh rumput dan tanaman liar. Heri berkeinginan mengembangkan budidaya itu. “Kedepan akan saya bangun lagi,” ujarnya.

Asper Perhutani BKPH Licin, KPH Banyuwangi Barat, Suwadi mengatakan, keberadaan budidaya bunga edelweiss ini perlu ditata ulang. Karena selama ini memang kurang perawatan.

Pengelolaan dan penataan budidaya bunga edelweiss, menurut Suwadi, harus melihat aspek lingkungan, konservasi, dan juga aspek sosial. Karena bunga ini merupakan salah satu bunga yang langka.

“Ini salah satu upaya menjaga tanaman langka agar bisa tetap lestari,” katanya. (fat)