Pantai wisata Grand Watu Dodol, Banyuwangi. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Naiknya harga BBM tak hanya memukul rakyat kecil seperti nelayan maupun pengemudi Ojol, tapi juga berimbas pada sektor pariwisata di Bumi Blambangan.
Abdul Azis, Ketua Asosiasi Kelompok Sadar Wisata Banyuwangi mencatat tingkat kunjungan wisatawan ke sejumlah destinasi wisata kini menurun drastis hingga 50 persen.
Menurunnya kunjungan wisata di Banyuwangi, kata Azis,
akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Kini diperparah dengan adanya
kenaikan harga BBM.
"Sebab BBM naik, sejumlah agen travel otomatis
melakukan penyesuaian. Imbasnya, perjalanan ke tempat pariwisata menurun," keluh Aziz kepada wartawan,
Sabtu (10/9/2022).
Pemerintah memang tak semata-mata menaikan harga BBM
khususnya yang bersubsidi. Pemerintah mengklaim, selama ini anggaran subsidi
BBM sudah sangat membebani negara. Tapi disisi lain kebijakan pemerintah itu
dikeluhkan dan membuat rakyat jelata makin merana.
Bahkan pelaku usaha Pertashop, sebagai mitra resmi dari
Pertamina pun dibuat kelimpungan. Sebab, kenaikan harga justru membuat
penjualan BBM di Pertashop menurun.
"Bahkan ada teman Pertashop itu sehari hanya dapat
Rp.100 ribu. Yang beli rata-rata hanya motor. Padahal mereka menggunakan dana
talangan juga. Bagaimana caranya bayar angsuran bank," ujar AU (30) salah
satu pemilik Pertashop di Banyuwangi kepada wartawan, Sabtu (10/9/2022).
Pertashop di Banyuwangi sepi pembeli. (Foto
Fattahur)
Terkadang mereka pun juga tidak bisa membayar pegawai. Hingga akhirnya, pemilik pertashop sendirilah yang kini menjadi pekerja. ”Modal kita bertambah dari pembelian BBM ke Pertamina, tapi keuntungan perliter dan omset terjun bebas," tegasnya.
Selama ini, kata AU, pihaknya tak pernah mendapatkan
pelatihan ataupun perhatian dari pemerintah ataupun Pertamina. Harapannya, ada
pelatihan dan juga upaya untuk meningkatkan penjualan BBM di Pertashop.
"Kami belum pernah ada perhatian ataupun minimal
pelatihan bagaimana meningkatkan penjualan. Supaya kami ini bisa terus
berkiprah. Apalagi katanya kita bisa membantu UMKM ataupun menyedot tenaga
kerja. Tapi jika penjualan semakin sedikit ya gimana?," katanya.
Belum lagi, rumitnya perizinan pun juga dikeluhkan. Mereka pun iri terhadap kios bensin dan Pertamini yang menjamur bebas tanpa izin baik dari pemerintah maupun keamanan. "Mereka bisa menjual BBM dengan enak tanpa izin. Sementara kami mengurus juga sangat rumit," tandasnya. (fat)