(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Kabupaten Banyuwangi dikenal memiliki beragam kesenian dan budaya yang menjadi kekuatan identitas kultural.
Salah satunya musik perkusi Using yang dikenal unik dan otentik, dengan ciri khas kecepatan pukulannya hingga menghasilkan harmoni musik rancak dan energik yang kekhasannya tak dimiliki daerah lain.
Mengenalkan musik Perkusi khas
Using, Banyuwangi menggelar Banyuwangi Percussion Festival (BPF), di Terminal
Pariwisata Terpadu, yang bakal digelar Jumat malam, 24 Oktober 2025.
“Banyuwangi kaya seni dan budaya
yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Ada
tari-tarian, tembang, budaya hingga ritual adat. Salah satunya musik Perkusi
Using," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Selasa (21/10/2025).
Hampir semua seni budaya
Banyuwangi menggunakan musik perkusi Using sebagai pengiringnya. Seperti tari
Gandrung selalu diiringi oleh musik Perkusi Using.
Musik Perkusi Using juga selalu
bisa ditemui di setiap acara adat dan budaya sebagai musik pembuka atau
pengiringnya.
“Karena itu kali ini secara
khusus kami menggelar Banyuwangi Percussion Festival untuk mengenalkan keunikan
dan keelokan seni musik perkusi yang dimiliki Banyuwangi,” imbuh Ipuk.
Majelis Kehormatan Dewan Kesenian
Blambangan (DKB) Samsudin Adlawi, mengatakan Perkusi Using diakui oleh praktisi
dan akademisi seni sebagai seni otentik khas Banyuwangi yang unik dan tidak
ditemukan di daerah lainnya di nusantara.
Perkusi Using merupakan permainan
musik perpaduan alat-alat musik tradisional khas Banyuwangi yang terdiri atas
gong, klincing, rampak kendang, saron dan angklung Using.
“Kekhasan Perkusi Using ada pada
kecepatan pukulan kendang yang menghasilkan irama rancak dan energik yang
sampai sekarang belum bisa dinotasikan,” kata Samsudin.
“Satu lagi kelebihan Perkusi
Using adalah keluwesannya untuk dipadukan dengan berbagai genre musik” tambah
Samsudin.
Irama yang rancak dan energik
Perkusi Using sampai kini diwariskan secara turun menurun ke generasi yang
lebih muda. Bahkan di Banyuwangi, Perkusi Using juga dipelajarai sebagai ekstra
kulikuler di sekolah-sekolah.
“Regenerasi musik Banyuwangi telah
berjalan dengan baik. Karenanya dengan adanya Festival Perkusi Using akan
menjadi panggung yang tepat bagi para seniman musik khas Banyuwangi untuk
dikenal lebih luas lagi sebagaimana impian kami para seniman dan budayawan
daerah," ungkap Samsudin.
Banyuwangi Percussion Festival
yang digelar perdana ini akan menampilkan empat grup perkusi. Tiga di antaranya
grup perkusi dari Banyuwangi yakni Damar Art, Munsing (Musik Nada Using) dan
JEB (Jiwa Etnik Banyuwang).
”Damar Art, Munsing dan JEB
dimotori oleh tiga kreator musik etnik Banyuwangi. Tiga seniman muda jebolan
kampus seni itu akan bereksperimen dan memainkan komposisi musik etnik dengan
konsep musik yang inovatif, memadukannya dengan berbagai genre musik dan kolaborasi
dengan penyanyi lokal,” kata Kepala Dinas Kominfo dan Persandian Budi Santoso.
“Di tangan mereka, musik etnik
Banyuwangi bakal terdengar modern, tanpa kehilangan rasa tradisionalnya,” imbuhnya.
Selain grup lokal Banyuwangi juga
ada grup tamu “Ethno Ensamble” dari Solo yang sebagian besar musisinya
merupakan mahasiswa dan alumni etnomusikologi ISI Surakarta/Solo.
Komposisi-komposisi yang dimainkan lebih ke perpaduan berbagai alat perkusi di
Indonesia.
“Mereka juga akan berkolaborasi dengan mahasiswa seni ISI Banyuwangi. Grup musik ini kami hadirkan untuk memperkaya wawasan musik perkusi generasi muda Banyuwangi khususnya juga untuk memberikan hiburan nuansa baru bagi semua penonton yang datang,” tambah Budi. (humas/kab/bwi)