Paving block ramah lingkungan hasil inovasi tim dosen Poliwangi dipasang di salah satu gang Desa Lebanasem, Kabat. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Limbah sekam padi yang selama ini
hanya dibakar atau menumpuk tanpa guna, kini berubah menjadi produk bernilai
tinggi. Melalui sentuhan inovasi dari tim dosen Politeknik Negeri Banyuwangi
(Poliwangi), abu sekam tersebut berhasil disulap menjadi paving block ramah
lingkungan yang digunakan untuk memperkuat infrastruktur jalan di Desa
Labanasem, Kecamatan Kabat.
Inovasi ini lahir dari program Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM) skema Pengabdian Kemitraan Berbasis Wilayah (PKW) yang digagas oleh tiga
dosen Poliwangi, yakni Ir. Angga Tri Budiatma, S.Pd., M.T., Ganda Surahman,
S.T., M.T., dan Ir. Dzackirendy Springfield, S.T., M.T. bersama sejumlah
mahasiswa.
Tim dosen dan mahasiswa tersebut terdiri dari Jurusan
Teknik Sipil, gabungan dari tiga Program Studi yaitu D3 Teknik Sipil, Sarjana
Terapan Manajemen Konstruksi, dan Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa
Konstruksi.
Mereka menjawab dua persoalan penting yang dihadapi warga,
kondisi jalan tanah yang rusak parah dan belum optimalnya pemanfaatan limbah
pertanian.
“Selama ini, jalan menuju TPQ di Dusun Krajan sering becek
dan berlumpur saat hujan, sementara di musim kemarau debunya sangat mengganggu,”
ujar Angga Tri Budiatma, Ketua Tim Pengabdi Poliwangi.
“Padahal, di sekitar sini sekam padi melimpah tapi hanya
dibakar begitu saja,” imbuhnya melalui keterangan tertulis yang diterima KabarBanyuwangi.co.id,
pada Senin (20/10/2025).
Melalui pendekatan teknologi tepat guna, tim Poliwangi
memanfaatkan abu sekam padi yang kaya kandungan silika sebagai bahan substitusi
sebagian semen dalam pembuatan paving block.
Berdasarkan hasil uji, penggunaan 10 persen abu sekam padi
dari total berat semen menghasilkan paving block dengan kekuatan tekan optimal
sekaligus menekan biaya produksi.
Pelatihan dan Gotong Royong Warga
Program ini tidak hanya berhenti di laboratorium. Pada 10
September 2025, tim Poliwangi menggelar pelatihan partisipatif kepada warga
setempat. Mereka dilatih langsung mulai dari proses pengolahan sekam,
pencampuran bahan, pencetakan, hingga pengeringan paving block.
Warga dan tim PKM Poliwangi berswafoto usai
gelaran sosialisasi pembuatan paving block ramah lingkungan. (Foto: Istimewa)
Antusiasme warga terlihat tinggi. Hasilnya, sebanyak 42
meter persegi paving block berhasil diproduksi dan dipasang di gang menuju TPQ
H. Yahya, Dusun Krajan Barat, pada 19 sampai 20 September 2025 secara gotong
royong antara warga, mahasiswa, dan dosen.
“Sekarang jalannya jauh lebih bersih dan nggak becek lagi.
Kami juga jadi punya keterampilan baru yang bisa dikembangkan,” tutur Handoko,
salah satu warga dengan wajah sumringah.
Kepala Desa Labanasem, Maimun Ali Nasih, turut memberikan
apresiasi tinggi atas program tersebut.
“Program ini sangat bermanfaat. Jalan desa kami jadi lebih
baik, masyarakat dapat ilmu dan keterampilan, dan semua dilakukan dengan
semangat kebersamaan,” ujarnya.
Wujud Nyata Poliwangi untuk Banyuwangi Hijau
Bagi Poliwangi, program ini merupakan wujud nyata penerapan
konsep ekonomi sirkular dan gerakan zero waste. Limbah yang dulunya tidak
bernilai kini justru menjadi material konstruksi ramah lingkungan, mendukung
pembangunan desa yang berkelanjutan.
Selain memperkuat infrastruktur, inovasi ini juga membuka
peluang usaha baru di sektor ekonomi kreatif berbasis lingkungan. Poliwangi pun
berkomitmen melakukan pendampingan berkelanjutan agar warga mampu memproduksi
paving block secara mandiri.
“Kami ingin inovasi ini bisa terus berkembang dan
direplikasi oleh warga desa lainnya. Harapannya, Labanasem bisa menjadi contoh
desa mandiri, hijau, dan berdaya,” tambah Angga.
Dengan inovasi-inovasi semacam ini, Poliwangi semakin menunjukkan perannya sebagai kampus vokasi unggulan yang tak hanya mencetak lulusan siap kerja, tapi juga hadir langsung di tengah masyarakat untuk menghadirkan solusi nyata dan berkelanjutan bagi Banyuwangi. (man)