Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat. (Foto: Fattahur/Dok)
KabarBanyuwangi.co.id - Pemilu masih akan berlangsung pada tahun 2024. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa suhu politik saat ini sudah mulai memanas, termasuk di Kabupaten Banyuwangi.
Momen Pemilu ditengarai dapat memicu orang menjadi stres. Potensi yang dapat terjadi di antaranya Anxiety Disorder dan Depressive Disorder.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat
menjelaskan, Anxiety Disorder adalah gangguan kecemasan yang melebihi ambang
batas kewajaran. Ditandai dengan perasaan khawatir, cemas, atau takut yang
cukup kuat untuk mengganggu aktivitas sehari-hari.
"Anxiety adalah gangguan kejiwaan ringan dan ini
rawan terjadi pada saat tahapan kampanye seperti saat ini," kata Amir,
Kamis (21/12/2023).
Sedangkan Depressive Disorder, tambah Amir, adalah
gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan
atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan
dalam kualitas hidup sehari-hari.
Penyebabnya termasuk ketegangan yang bersumber dari
kombinasi kondisi biologis, psikologis, dan sosial.
"Depressive Disorder diidentifikasi rawan terjadi
pasca pengumuman ketika sudah diketahui siapa yang menang dan siapa yang
kalah," tambahnya.
Oleh karenanya, Dinkes Banyuwangi menyiapkan langkah
promotif dan preventif untuk mengantisipasi agar kasus gangguan jiwa pasca
pemilu tidak meningkat signifikan.
Berdasarkan data yang diterima Amir dari Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) menyebut, 5 sampai 6 persen masyarakat Indonesia mengalami
gangguan jiwa mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
Dinkes Banyuwangi telah melakukan persiapan dengan berkoordinasi
untuk penguatan lintas sektor dalam upaya pencegahan dan pengendalian masalah
kesehatan jiwa di kabupaten Banyuwangi.
"Secara umum persiapan ini tidak hanya untuk pemilu.
Namun karena diidentifikasi ada peningkatan, maka TPKJM juga difokuskan untuk
mencegah dan menangani pasien gangguan jiwa akibat pemilu," jelasnya.
Dinkes juga mematangkan layanan kejiwaan di seluruh puskesmas.
Setiap puskesmas tersedia pengelola program jiwa dan layanan konseling, terapis
ataupun pengobatannya.
"Bila gangguan kejiwannya cukup berat, dinas
menjadikan Puskesmas Licin sebagai rujukan. Disana sudah disediakan dokter
spesialis, ada tempat khusus dan ada layanan khusus," bebernya.
Puskesmas Licin Banyuwangi memiliki pengalaman merawat
pasien ODGJ yang dipicu karena gagal menang dalam Pemilu. Jumlahnya mencapai 5
orang.
Kepala Puskesmas Licin, Nira Ista Dewi mengatakan, pasien
tersebut kala itu dirawat pasca Pemilu 2019. Rata-rata mengalami gangguan
kejiwaan yang cukup berat. "Pasien sampai harus menjalani rawat
inap," kata Nira beberapa waktu lalu.
Nira menyebut para pasien yang dirawat bukan caleg yang
gagal. Justru 5 pasien tersebut merupakan partisipan atau tim sukses.
"Jadi justru partisipan atau tim sukses. Bukan calonnya langsung,"
ujarnya.
Pada Pemilu 2024 mendatang fenomena itu tentu dapat
beresiko kembali terjadi. Oleh karenanya Nira mengimbau kepada setiap
masyarakat yang terlibat dalam Pemilu 2024 untuk menjaga kesehatan mentalnya.
(fat)