(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani diundang memaparkan tentang progres program Smart Kampung, sistem digitalisasi di Banyuwangi, dalam forum internasional ASEAN Smart City Network (ASCN) di Bali.
Tak kurang dari 10 delegasi dari negara anggota ASEAN menghadiri puncak pertemuan tahunan yang dibuka langsung oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian tersebut.
“Banyuwangi dipilih menjadi salah
satu perwakilan Indonesia dalam ASEAN Smart City Network bersama antara lain
Jakarta dan Makassar. Kemarin kami memaparkan perjalanan layanan digital di
Banyuwangi yang dimulai sejak 2015 dengan program Smart Kampung,” ujar Ipuk
saat ditemui, Kamis (13/6/2023).
Lewat digitalisasi, lanjut Ipuk,
pelayanan publik bisa berjalan lebih efektif dan cepat. Smart Kampung yang
dikembangkan di Banyuwangi merupakan program pengembangan desa terintegrasi
yang memadukan penggunaan TIK dengan kegiatan ekonomi produktif, kegiatan
ekonomi kreatif, peningkatan pendidikan-kesehatan, pelayanan publik, dan upaya
pengentasan kemiskinan.
"Program Smart Kampung untuk
memudahkan pelayanan publik hingga tingkat desa, yang dipadu dengan
pemberdayaan. Ujungnya adalah meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi
warga," tutup Ipuk.
Dalam kesempatan tersebut, Ipuk
juga mengaku senang dapat menggali berbagai inovasi baru di dunia internasional
dalam tata kelola kota cerdas. Seperti halnya yang disampaikan oleh
masing-masing ASCN National Representatives (NRs) dan Chief Smart City Officers
(CSCOs). Ataupun narasumber yang khusus didatangkan seperti Ngy Chanphal dari
Kamboja.
“Ada banyak gagasan menarik yang
kita dapatkan. Ini nantinya akan kami kaji lebih lanjut, mana yang sekiranya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat Banyuwangi,” kata Ipuk.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina
Administrasi Kewilayahan (Adwil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
sekaligus ASCN National Representatives untuk Indonesia, Safrizal ZA
menyebutkan bahwa Banyuwangi adalah salah satu percontohan daerah yang
menerapkan smart city dengan baik.
“Di Indonesia ada beberapa daerah
yang dijadikan percontohan smart city. Di antaranya DKI Jakarta untuk level
provinsi, Makasar untuk kota dan Banyuwangi untuk kabupaten,” terangnya.
Menurut Safrizal, inti
pembangunan perkotaan cerdas di Indonesia tidak melulu berorientasi pada
pemutakhiran teknologi dan digitalisasi. Melainkan hal itu menyasar pada
penerapan pengelolaan perkotaan yang berfokus pada peningkatan kemampuan
pemerintah untuk dapat memahami persoalan masyarakat, memberikan solusi, serta
kemudahan.
“Banyuwangi adalah contoh yang
tepat. Di mana dengan keterbatasan anggaran mampu mengimplementasikan pelayanan
publik berbasis digital. Bahkan, Banyuwangi bisa dibilang berhasil meningkatkan
geliat ekonomi daerahnya,” ungkap Safrizal.
Untuk diketahui, berdasarkan data
BPS, kenaikan kemiskinan di Banyuwangi selama masa pandemi 2020-2021 hanya 0,01
persen, merupakan kenaikan kemiskinan terendah di Jatim. Per 2022, angka kemiskinan
Banyuwangi 7,5 persen; ini merupakan yang terendah dalam sejarah Banyuwangi
sejak Indonesia merdeka.
Menariknya, imbuh Safrizal, Banyuwangi memiliki keunikan. Prinsip-prinsip smart city mampu diaplikasikan di daerahnya yang merupakan daerah pedesaan. “Hal ini menjadi pembelajaran penting. Apalagi hal tersebut berkorelasi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya,” jelasnya. (humas/kab/bwi)