Geolog Australia dan Indonesia Teliti Geopark Ijen, Bupati Ipuk: Banyuwangi Jadi Ruang BelajarPemkab Banyuwangi

Geolog Australia dan Indonesia Teliti Geopark Ijen, Bupati Ipuk: Banyuwangi Jadi Ruang Belajar

(Foto: humas/kab/bwi)

KabarBanyuwangi.co.id – Dikenal dengan kekayaan geologinya, sejumlah geologis dari Indonesia dan Australia mempelajari jejak mineral di Bayuwangi.

Mereka ke Banyuwangi bagian dari rangkaian annual conference Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) yang melakukan field trip ke kawasan Geopark Ijen, termasuk Pulau Merah. 

MGEI merupakan sebuah organisasi nirlaba di bawah Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) yang mewadahi para geologiwan dan ahli geologi ekonomi yang bekerja di industri pertambangan mineral dan batubara. 

Baca Juga :

Rombongan terdiri atas 10 peserta dan 3 trip leader, salah satunya ada geologis dari Australia, berada di Banyuwangi selama empat hari.

Mereka akan mempelajari karakter geologi kawasan, termasuk jejak mineralisasi emas dan tembaga yang berada di kawasan Pulau Merah. 

Saat bertemu Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Minggu malam (30/11/2025), perwakilan MGEI, Arif Hermawan, menjelaskan Banyuwangi dipilih karena memiliki potensi mineral yang kuat.

Para geologis ingin mengkaji proses pembentukan mineralisasi dan keserupaannya dengan kondisi geologi di Gunung Ijen.

“Kami mempelajari bagaimana sistemnya terbentuk agar bisa menjadi rujukan pencarian mineral di wilayah lain tidak hanya di Indonesia namun juga di luar Indonesia,” ujarnya.

Wakil Ketua Jaringan Geopark Indonesia, Abdillah Baraas, menyebut Banyuwangi memiliki kekayaan geologi unik yang jarang dimiliki daerah lain.

Ia menjelaskan bahwa Pulau Merah dan Ijen merupakan dua jejak geologi yang saling berkaitan.

Dari Pulau Merah, para geolog dapat mempelajari proses terbentuknya emas dan tembaga tanpa harus masuk jauh ke struktur dalam Gunung Ijen.

“Jika ingin melihat masa lalu Pulau Merah, lihatlah Ijen. Jika ingin melihat masa depan Ijen, lihatlah Pulau Merah.,” ujarnya.

“Karena batuan di Kawah Ijen memiliki karakter yang mirip dengan Pulau Merah berwarna kemerahan akibat oksidasi dan sebagainya,” tambahnya.

Para geologis juga mengunjungi Pusat Informasi Geologi Gopak Ijen untuk mempelajari proses terbentuknya Banyuwangi sejak lebih dari 30 juta tahun lalu hingga kondisi geologi terkini, termasuk endapan muda yang kini menjadi permukiman.

Mereka juga menelusuri kekayaan budaya dan keragaman hayati yang melengkapi potensi wilayah Banyuwangi.

Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Dr. Ir. Arzyana Sunkar, yang ikut dalam rombongan mengatakan, keterlibatan IPB ini berkaitan dengan pengembangan kebijakan geopark.

Menurutnya, keberadaan Geopark Ijen telah memberikan manfaat luas bagibekosistem di sekitarnya.

Perkembangan Geopark Ijen dan pariwisata Banyuwangi dapat menjadi contoh tidak hanya nasional tapi juga dunia.

Berbagai praktik baik yang ia temui, termasuk keterlibatan masyarakat dan pengelolaan potensi alam, bisa sebagai model yang layak diterapkan di daerah lainnya.

Bahkan pihaknya berencana memperkenalkan Banyuwangi dalam forum International Conference on Responsible Tourism and Hospitality di Malaysia pada Juli tahun depan. 

“Kami mengundang Ibu Bupati dalam forum ini agar Banyuwangi semakin luas dan ruang penting memperluas networking,” ujar dosen dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB ini.

Rendy, exploration geologist dari Sulawesi Utara, menambahkan peserta juga ingin melihat praktik lingkungan pertambangan yang dikelola BSI yang mereka nilai baik dan bisa menjadi contoh bagi industri tempat mereka bekerja. 

“Kami mendapat banyak pembelajaran, termasuk hubungan geologi Pulau Merah dan Ijen, hingga bagaimana menemukan mineralisasi yang baik disini,” kata Rendy dari perusahaan tambang emas PT Meares Soputan Mining (MSM) ini.

“Selain itu, dari lingkungan yang diterapkan di BSI bisa jadi contoh di perusahaan kami ke depan,” tambahnya.

Sementara itu, Bupati Ipuk menyampaikan apresiasinya bahwa Banyuwangi menjadi ruang belajar bagi banyak kalangan akademisi dan profesional. 

“Kekayaan geologi kami memang harus dimanfaatkan untuk riset dan edukasi bagi pengembangan aindonesia ke depan,” jelas Bupati Ipuk.

“Semoga pengalaman ini mendorong semakin banyak kolaborasi dan membawa manfaat bagi pengembangan Geopark Ijen,” tutup Ipuk. (humas/kab/bwi)