Jibon Krisna Jiwanggi Banyu, Seniman Muda asal Kelurahan Banjarsari berpose di depan kanvas lukisannya. (Foto: Instagram @krisnajiwanggibanyu)
KabarBanyuwangi.co.id - Sebagai seniman pemula yang baru
saja kembali dari Jakarta setelah lulus kuliah dari Institut Kesenian Jakarta
(IKJ) pada 2020, saya langsung menikah.
Setelah menikah, kurang lebih selama satu tahun saya vakum
berkarya di dunia seni rupa. Disaat vakum berkarya, saya menghabiskan waktu
untuk bekerja mengelola sawah dan kebun milik orang tua.
Namun, di sela-sela itu saya masih mengikuti perkembangan
dunia seni rupa. Karena kegiatan saya ketika kuliah dan nyantrik kepada Budayawan Sufi Gusti Panembahan Pakoenegoro, atau yang akrab disapa Gus Candra Malik, selama kurang lebih 3 tahun sejak 2017, saya sudah aktif berpameran dan membuat pameran bersama maupun tunggal.
Pameran tunggal pertama di Omah Wijih Kawi, Malang
yang bertajuk ‘Lakune Banyu’, serta menggagas pameran Konak Konek Jakarta –
Solo – Jogja dari 2018 sampai 2020.
Sebelumnya pada 2018, saya juga pernah di undang pameran
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dalam pameran 20
Pelukis Jawa Timur di Galeri Prabangkara Surabaya.
Setelah bertegur sapa via sosial media, pada Februari 2021, saya dan Dwiki Nugroho Mukti, Kurator dan Direktur Biennale Jatim, putra asli Banyuwangi yang kini berdomisili di Surabaya itu kemudian membuat sebuah ruang ‘Culture Studies Center’ yang berbasis pada perkembangan Kontemporer.
In Harmonia Dynamica A5, tinta cina di atas kertas Canson, salah satu hasil karya lawas Jibon pada tahun 2018. (Foto: Istimewa)
Dalam perjalanannya, saya dan Dwiki membuat ruang diskusi
Open Call Program Pameran Resindensi dan terakhir Residensi Biannale Jatim ke
IX. Tempat itu bernama ‘Ruang Kawitan’ yang berada di lingkup Studio S. Yadi K.
Pertengahan 2021, saya mulai kembali berkarya dan aktif
mengikuti pameran di luar kota khususnya Yogyakarta. Pada lebaran kesenian di
Jogja 2022, saya juga menyempatkan hadir di beberapa pameran seperti ArtJog,
dan pameran-pameran lain serta sowan ke rumah Agus TBR, Katirin, Hono Sun
sekaligus bermukim di kontrakan Hanafi K Sidharta.
Karena saya merasa harus banyak belajar untuk menambah
wawasan dan referensi akan perkembangan seni rupa. Pada akhir 2022 ketika ngopi
dan sedang menuliskan riset saya mengenai Caturbhasa Mandala, siang itu saya
mendapat telfon dari Mas Komeng untuk meriset mengenai kejadian ninja pada
tahun 1998 di Banyuwangi.
Nantinya riset kejadian itu akan dijadikan konsep kekaryaan
untuk mengikuti serangkaian Pameran Cemeti Institute ‘Mengingat 25 Tahun
Reformasi’ pada Februari 2023 di LAV Gallery, Yogyakarta.
(Penulis: ‘Jibon’ Krisna
Jiwanggi Banyu, Ketua Panitia Pameran Boom Art Fair 2023, Seniman Muda asal
Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi)