Minimalisir Dampak, Pemkab Banyuwangi Latih Warga Tanggap Resiko BencanaPemkab Banyuwangi

Minimalisir Dampak, Pemkab Banyuwangi Latih Warga Tanggap Resiko Bencana

(Foto: humas/kab/bwi)

KabarBanyuwangi.co.id – Kabupaten Banyuwangi rutin melatih warga untuk tanggap terhadap risiko bencana. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk antisipasi agar warga tahu apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi.

Risiko bencana meningkat saat musim penghujan dan cuaca ekstrem. Sebagai daerah yang memiliki banyak area pengunungan dan berbatasan langsung dengan laut lepas, Banyuwangi menjadi salah satu daerah rawan.

Pelatihan antisipasi bencana di Banyuwangi untuk warga digelar rutin oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tim Taruna Siaga Bencana (Tagana), Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB), dan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat).

Baca Juga :

Seperti pelatihan tanggap bencana yang digelar dalam simulasi penanganan bencana Tagana Sapa Kampung (Tasmak) di Desa Tamansari, Kecamatan Licin dalam agenda Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), Senin (8/12/2025).

Dalam simulasi itu, puluhan warga yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak serta perangkat desa, PKK, hingga linmas terlibat dalam rangkaian pelatihan kebencanaan.

Jenis pelatihan yang diikuti mulai dari penanganan kebakaran, penyelamatan saat terjadi angin puting beliung dan gempa bumi, tanah longsor, pembuatan dapur umum, dan sejenisnya.

"Simulasi seperti ini penting agar masyarakat bisa tanggap ketika terjadi bencana. Seperti kita ketahui, sebagaian besar wilayah Banyuwangi adalah rawan bencana. Bukan hanya bencana alam, tapi juga bencana lain seperti kebakaran dan sejenisnya," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.

“Termasuk Desa Tamansari yang berada di lereng Ijen, kami latih tanggap bencana. Jadi apabila ada bencana mereka telah memiliki pengetahuan bagaimana melakukan mitigasi dengan baik,” imbuhnya. 

Dengan simulasi ini, Ipuk berharap, warga bisa bertindak tepat ketika bencana terjadi. Penanganan awal yang tepat akan menghindarkan warga dari dampak bencana alam atau kebakaran yang signifikan.

"Ibu-ibu tadi sudah mencoba dan bisa memadamkan api dengan menggunakan kain basah. Jadi kalau misal terjadi hal yang tidak diinginkan, diharapkan tidak panik dan bisa mengambil langkah tepat," ujar Ipuk.

Koordinator Tagana Kabupaten Banyuwangi Dedy Utomo mengatakan, simulasi yang digelar merupakan bagian dari edukasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat.

"Ketika bencana itu terjadi, yang pertama tahu adalah lingkungan terdekat. Sehingga kami ingin memberikan kemandirian dalam penanggulangan bencana," kata Dedy.

Ketika bencana terjadi di satu daerah, lanjut Dedy, tim penanggulangan dari kabupaten akan memiliki jeda waktu untuk bisa sampai ke lokasi.

"Maka untuk memperpendek jeda waktu itu, kami siapkan masyarakat dan pemerintahan terdekat untuk jadi garda terdepan," lanjutnya.

Dia menyebut, simulasi semacam itu rutin digelar di daerah-daerah yang rawan. Sepanjang 2025, Tagana bersama instansi terkait telah menggelar pelatihan serupa di lebih dari 12 titik berbeda.

"Minimal kami menggelar sebulan sekali. Tapi juga bisa lebih. Karena kami juga menggelar setiap ada kegiatan Bunga Desa," ungkap Dedy. (humas/kab/bwi)