Musrenbang Tematik di Banyuwangi Jadi Ruang Pekerja Migran Suarakan AspirasiMigrant Care

Musrenbang Tematik di Banyuwangi Jadi Ruang Pekerja Migran Suarakan Aspirasi

Ratusan pekerja migran mengikuti rangkaian Musrenbang Tematik yang digelar Migrant Care di Banyuwangi. (Foto: Fattahur)

KabarBanyuwangi.co.id - Para pekerja migran menyuarakan beragam persoalan yang kerap terjadi di tempat perantauan, mulai dari ekonomi, sosial, hingga ancaman hukum dan perdagangan manusia.

Aspirasi itu disampaikan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tematik yang digelar Migrant Care selama tiga hari di Banyuwangi, bertepatan dengan peringatan Hari Pekerja Migran Sedunia (International Migrants Day/IMD).

"Buruh migran jarang bisa bersuara karena dianggap marjinal. Maka pada forum ini kami suarakan persoalan-persoalan pekerja migran yang ada selama ini," kata Wiwik Winarsih mantan Pekerja Migran asal Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Selasa (16/12/2025).

Baca Juga :

Menurut Wiwik, persoalan pekerja migran saat ini semakin kompleks. Dari sisi ekonomi misalnya, banyak dari mereka yang belum memiliki kemampuan mengelola keuangan dengan baik. Akibatnya, meski bertahun-tahun bekerja di luar negeri, tidak sedikit yang pulang tanpa membawa hasil.

"Setelah pulang kembali ke tanah air banyak PMI akhirnya bingung akan bekerja apa. Buka usaha juga tidak punya skil. Makanya lewat forum ini kami bersuara supaya mendapat perhatian," terangnya.

Selain persoalan ekonomi, ancaman hukum juga menjadi perhatian. Wiwik menyebut pekerja migran, khususnya yang berangkat secara nonprosedural, sangat rentan mengalami eksploitasi dan terjerat praktik perdagangan orang.

"Itu masih menjadi masalah yang perlu dicarikan solusi untuk antisipasi dan penanganan bila terjadi kasus," ujarnya.

Mantan buruh migran asal Tegaldlimo, Suprihati menambahkan untuk penguatan saat ini mantan pekerja berhimpun pada Desbumi (Desa Peduli Buruh Migran). Di Banyuwangi sudah terbentuk 12 Desbumi.

"Selain mendorong upaya perlindungan, lembaga ini juga memberi wadah bagi eks pekerja migran untuk berkreasi lewat pendampingan usaha dan pelatihan. Seperti menjahit, menganyam, jualan makanan termasuk penjualan digital. Para pekerja dibantu oleh Desbumi," tuturnya.

Kepala Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan, Jember, Miftahul Munir turut menjadi peserta pada forum yang dihadiri oleh 300 pekerja migran dari sejumlah kota di Indonesia tersebut. Melalui forum ini, ia berharap dapat bertukar gagasan dengan para peserta lainnya.

"Isu pekerja migran sudah sering digaungkan. Tapi implementasi dibawah masih sangat minim sehingga perlu dikuatkan lagi," kata dia.

Menurutnya masih banyak aparat desa yang kurang perhatian terhadap isu ini. Padahal desa berperan menjadi filter untuk mengantisipasi masyarakat bermigrasi secara ilegal.

"Persoalan awal itu dari desa, terkait dengan dokumen dan perlengkapan administrasi lainnya. Sehingga lewat forum ini kami ingin berdiskusi untuk mencari solusi perlindungan pekerja migran," tukasnya.

Sebagai informasi Musrenbang Tematik berasal dari sejumlah daerah, di antaranya Banyuwangi dan Jember (Jawa Timur), Indramayu (Jawa Barat), Wonosobo dan Kebumen (Jawa Tengah), Lombok Tengah (NTB), serta Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Musrenbang tematik ini bertujuan memperkuat upaya perlindungan pekerja migran sekaligus menyerap aspirasi langsung dari para pekerja migran sebagai dasar advokasi Migrant Care selama setahun ke depan. (fat)