
(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Para pengelola geopark dan periset dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul di Kabupaten Banyuwangi, dalam Festival Taman Bumi (Geopark), yang digelar di Pendopo Sabha Swagatha Blambangan, Kamis (11/12/2025). Mereka membahas berbagai hal untuk memperkuat pengembangan geopark di Indonesia, terutama Geopark Ijen.
Festival Taman Bumi tersebut menjadi wadah berbagai stakeholder untuk menguatkan kolaborasi dalam pengembangan geopark Ijen secara berkelanjutan. Kegiatan ini dihadiri Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dan Bupati Bondowoso Abdul Hamid Wahid.
Festival ini diikuti ratusan peserta terdiri para pemangku kebijakan, badan pengelola geopark, mahasiswa, dan masyarakat dari berbagai daerah, termasuk pengelola Geopark Raja Ampat Papua. Sejumlah periset dari berbagai universitas di Indonesia yang telah melakukan riset di kawasan Geopark Ijen juga turut hadir .
Di antaranya, Dr. Purwanto dari
Universitas Negeri Malang, Prof. Hari Sulistyowati dari Universitas Jember, dan
Eli Jamilah Miharja Ph.D dari Universitas Bakrie. Juga Dr. Andy Yahya Al Hakim
dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang hadir melalui sambungan virtual.
Mereka mempresentasikan hasil
riset yang telah dilakukan terhadap Geopark Ijen, termasuk permasalahan yang
ditemukan serta saran solusinya.
“Kami berharap, festival ini bisa
menjadi ruang strategis untuk membangun kemitraan jangka panjang dan
menghasilkan inisiatif konkret bagi keberlanjutan pengembangan Geopark Ijen,”
ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
Ipuk berharap, dengan
pengembangan yang tepat dan berkelanjutan, Ijen Geopark dapat mempertahankan
status sebagai geopark dunia saat pelaksanaan Revalidasi oleh UNESCO pada 2026
mendatang.
“Revalidasi ini momentum penting
bagi kita semua. Bukan sekadar upaya mempertahankan sebuah status, melainkan
komitmen jangka panjang dalam membangun wilayah berbasis konservasi, edukasi,
dan yang paling penting berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat
khususnya di kawasan Geopark Ijen,” tegas Ipuk.
Ipuk lalu membeber, selama
beberapa tahun terakhir, Banyuwangi telah memberikan kontribusi dalam penguatan
geopark melalui berbagai program.
Di antaranya, konservasi
lingkungan dan pengelolaan kawasan seperti pemulihan kawasan rawan erosi,
reboisasi di bantaran sungai-sungai vulkanik, hingga kolaborasi konservasi
dengan TN Alas Purwo dan Balai Konservasi untuk melindungi satwa endemik dan
ekosistem geobiodiversity.
Pemkab juga rutin turun ke
sekolah dan masyarakat untuk melakukan kegiatan edukasi dan literasi kebumian.
Banyuwangi juga terus melakukan promosi lewat berbagai event daerah yang
menggunakan nama ‘’besar’’ Ijen. Seperti balap sepeda Tour de Banyuwangi Ijen,
Ijen Trail Run, dan lainnya.
“Semua upaya ini untuk memastikan
masyarakat Banyuwangi merasakan manfaat langsung dari keberadaan UNESCO Global
Geopark. Kami ingin geopark hadir dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sumber
inspirasi pendidikan, peluang ekonomi, serta kesadaran bahwa alam harus dijaga
bersama,” ujarnya.
Ipuk menambahkan, penguatan
pengembangan Ijen Geopark juga dilakukan kolaboratif bersama Pemkab Bondowoso,
mengingat kawasan Geopark Ijen terletak di dua daerah tersebut.
“Kita sudah tidak bicara lagi
masalah batas geografis, yang penting bagi kami bagaimana kita semua bisa
menjaga kelestarian Geopark Ijen dan masyarakat mendapatkan manfaatnya dari
pengelolaan yang berkelanjutan,” kata Ipuk.
Berbagai program yang dilakukan
tersebut mendapatkan apresiasi dari badan pengelola Raja Ampat Unesco Global
Geopark, Ana Rohma Septiana.
“Edukasi ke anak sekolah dan
masyarakat menjadi salah satu kekuatan Ijen Geopark. Ini yang akhirnya kami
tiru di Raja Ampat,” ujarnya.
Sebagai informasi, Festival Taman Bumi diisi berbagai kegiatan menarik seperti forum diskusi, program pengembangan kapasitas pemuda, serta edukasi lapangan. Sejumlah kampus di Banyuwangi juga menampilkan pameran tentang kontribusi perguruan tinggi pada pengembangan Geopark Ijen. (*)