Kajian revitalisasi Asrama Inggirasan Banyuwangi juga dilakukan ekskavasi. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Balai Pelestarian Kebudayaan
Wilayah XI (BPKW XI) melakukan kajian revitalisasi di Asrama Inggrisan
Banyuwangi sejak 23 sampai 27 Oktober 2023. Kajian ini dilakukan untuk
memastikan bahwa revitalisasi yang dilakukan tidak merusak nilai sejarah dan
budaya bangunan cagar budaya tersebut.
Ketua tim kajian, Ratna Ferdianti mengatakan, dalam
revitalisasi kondisi bangunan harus tetap seperti kondisi asli. Hal ini dikarenakan
Asrama Inggrisan merupakan Bangunan Cagar Budaya Peringkat Provinsi dan ingin
mengembalikan kondisi asli bangunan tersebut.
"Revitalisasi ini dilakukan untuk melestarikan cagar
budaya. Kami ingin memastikan bahwa revitalisasi ini tidak mempengaruhi
eksistensi bangunan dan sesuai perundangan Cagar Budaya," kata Ratna.
"Hasil kajian ini akan menjadi dasar untuk penyusunan
desain revitalisasi Asrama Inggrisan," imbuh Ratna.
Sementara itu, Koordinator Arkeolog Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Bayu Ari Wibowo yang ikut mengkaji
menjelaskan, tim juga melakukan ekskavasi untuk mengetahui tapak asli bangunan.
"Berdasarkan hasil ekskavasi, diketahui bahwa tapak
pondasi umpak Inggrisan terbuat dari campuran bubukan bata merah dan kapur.
Kemudian pada lapisan budaya setelahnya terdapat semen campur kerakal. Tinggi
keseluruhan umpak 260 cm dan lebar umpak 62 cm," ungkap Bayu.
Menurutnya, di dalam kotak ekskavasi sebelah barat
ditemukan fragmen genteng asli Inggrisan memiliki ketebalan kurang dari 2 cm.
"Seluruh tembok Inggrisan di bagian bawah diberi
sepatu sebagai penguat struktur. Bunker Inggrisan berisi pipa saluran air yang
terbuat dari besi," jelas Bayu.
Untuk diketahui, revitalisasi Asrama Inggrisan merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk melestarikan cagar budaya di Banyuwangi.
Asrama Inggrisan merupakan bangunan bersejarah yang dibangun pada masa
pendudukan Inggris di Banyuwangi.
Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, sehingga
perlu dilestarikan untuk kepentingan generasi mendatang. Kompleks Inggrisan
adalah saksi bisu adanya jalinan komunikasi antara Banyuwangi dengan Darwin,
Australia sejak tahun 1871.
Jaringan kabel telegraf tersebut dipasang oleh Eastern
Extension Telegraph Company, Limited dan mulai aktivasi bulan Oktober 1872.
Perusahaan ini kemudian memasang kabel telegraf kembali, yang menghubungkan
Banyuwangi dengan Broome di Teluk Roebuck, Australia Barat pada tahun 1888.
Selain kantor telegraf, kompleks bangunan ini juga
digunakan sebagai tempat penginapan bagi para saudagar Inggris, markas tentara
di masa Pendudukan Jepang dan Batalyon Macan Putih Banyuwangi.
Pada tahun 2021, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan
Asrama Inggrisan sebagai bangunan cagar budaya. Hal ini dilakukan untuk
melindungi dan melestarikan nilai sejarah dan budaya bangunan tersebut.
Harapannya, Asrama Inggrisan yang merupakan salah satu destinasi wisata sejarah di Banyuwangi ini menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. (man)