Ali Nurfatoni, Sekertaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Situasi politik tampaknya bakal berubah di tahun ini. Pemicunya, adalah Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden periode 2024-2029.
Selama 10 tahun PDI-P berkuasa, kini bakal beralih di poros Partai Gerindra sebagai pemegang kekuasaan di level pusat. Poros koalisi partai politik (parpol) dengan slogan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yaitu Gerindra, Demokrat, Golkar dan PAN menjadi juara. Sebagai pemegang kekuasaan, Prabowo sebagai presiden akan merumuskan partai koalisi, seperti menyusun kabinet.
Peralihan kekuasaan di level pusat ini perlu dijadikan referensi hingga ke level daerah. Apalagi dalam waktu dekat juga digeber Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak se-Indonesia, termasuk di Banyuwangi.
Jika di level pusat kekuasaan beralih dari PDI-P ke Gerindra, akankah bisa meluber di Banyuwangi? Ini yang menjadi pekerjaan besar bagi PDI-P. Situasi ini juga menguntungkan bagi Gerindra di Bumi Blambangan.
Apalagi, Sumail Abdullah selaku Ketua DPC Gerindra telah menyatakan sikap akan maju dan bertarung di Pilkada sebagai calon bupati. Masalahnya, Gerindra masih belum cukup modal dan butuh koalisi dengan parpol lain, karena hanya meraih 6 kursi berdasar hasil Pileg kemarin.
Pergeseran dan atau peralihan kekuasaan di level pusat memang tidak bisa dianggap sebelah mata. Skenario itu berpotensi mengekor hingga di level bawah, seperti di posisi Gubernur dan Bupati/Wali Kota yang juga berpotensi menjadi atensi.
Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa timur, petahana saat ini. Dia kini dinilai cukup percaya diri menghadapi Pilkada yang dilaksanakan tanggal 27 November nanti. Sebab, ketua umum PP Muslimat NU itu telah mengantongi mandat dan rekomendasi dari tiga parpol besar, Gerindra, Demokrat dan Golkar untuk tiket menuju periode keduanya.
Sementara itu, di Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani berada di posisi yang cukup dilematis. Pasalnya, partainya berpotensi bakal berada di barisan oposisi usai kalah di Pilpres kemarin. Oleh sebab itu, sebagai incumbent, istri menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, Abdullah Azwar Anas ini dituntut kerja keras.
Minimal bisa membawa gerbong besar dan bisa mengajak parpol lain untuk berkoalisi bersama partainya dalam menghadapi Pilkada nanti. Jika tidak, misalnya PDIP dilawan oleh poros Gerindra, maka petahana berpotensi tidak terlalu kuat dan terancam kalah.
Apalagi, muncul fenomena baru Gerindra dan PKB sudah kembali merajut harmoni pasca Pilpres. Tampak se iya se kata, Sumail Abdullah juga menjajaki komunikasi dengan PKB untuk berkoalisi di Pilkada. Sebab, PKB dibawah komando KH Abdul Malik atau biasa disebut Gus Malik ini masih mengisi posisi kedua Pileg dengan capaian 9 kursi, terpaut 2 kursi dari PDIP yang meraih 11 kursi.
Gerindra secara agregat kursi memang masih cuma menorehkan 6 kursi. Namun, jika dihitung dari perolehan suara justru berada di posisi ketiga setelah PDI-P dan PKB. Total suara Gerindra di Banyuwangi meraup 122 ribuan dan suara ini di atas Demokrat yang meraup 120 ribuan kemudian disusul Golkar dan Nasdem di bawahnya. Padahal Demokrat, Golkar dan Nasdem meraih 7 kursi.
Sumail Abdullah tentu cukup percaya diri dengan hasil tersebut. Apalagi, dia hanya beberapa bulan dipercaya sebagai ketua partai setelah menggantikan Noufal Badri, ketua sebelumnya.
Menariknya, Sumail Abdullah cukup diuntungkan sesuai ketentuan KPU dan pengejawantahan putusan MK, bahwa anggota DPR RI terpilih tidak harus mundur karena belum dilantik untuk periode 2024-2029.
Sumail Abdullah sebagai anggota DPR RI memang harus mengundurkan diri sebagai keanggotaan dari DPR RI periode 2019-2024. Sebab, saat penetapan sebagai calon bupati-wakil bupati yaitu 22 september nanti, dia masih menjabat sebagai anggota DPR RI untuk periode saat ini.
Sumail memang dituntut bisa meyakinkan parpol lain untuk mengusung dirinya. Ada sederet nama kader parpol lain yang muncul ke permukaan, seperti di PKB ada nama KH. Ahmad Munib Syafaat dan KH Ali Makki Zaini. Michael Edy Hariyanto, ketua DPC Demokrat juga memiliki potensi untuk diajak koalisi. Apalagi, pria asal Rogojampi itu malah sudah mengantongi surat mandat sebagai calon bupati dari partainya.
Oleh karena itu, bisa disimak bahwa di Banyuwangi ini Gerindra menjadi magnet khusus karena tren di level pusat. Sementara, basis pemilih di Bumi Blambangan sesuai data Pileg adalah PDIP dan PKB.
Kita tunggu, apakah tiga parpol ini sama sama bersatu untuk mengusung pasangan calon atau justru sama sama percaya diri membawa gerbong sendiri sendiri, layak dinanti! Semua harus hati-hati daripada menyesal di kemudian hari.
(Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi)