Mahasiswa Poliwangi usai gelar talkshow di Balai Desa Gintangan berswafoto dengan masyarakat, beserta jajaran Pemdes Gintangan. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Festival GELINTANG (Gesah
Bareng Kuliner Gintangan) yang diselenggarakan oleh mahasiswa Politeknik Negeri
Banyuwangi (Poliwangi), Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari layak menjadi
pusat perhatian kuliner.
Acara ini berhasil menyoroti dua kuliner
legendaris desa, yaitu Sego Jajang dan Tempe Lanang. Dalam acara yang
berlangsung meriah di Balai Desa Gintangan, berbagai kegiatan menarik digelar,
mulai dari ceremony pembukaan hingga talkshow inspiratif bersama Ketua
Pokdarwis Desa Gintangan.
Melalui talkshow dalam rangka Project Based Learning (PBL)
dari mahasiswa Poliwangi kelas 2E jurusan Pariwisata, prodi Manajemen Bisnis
Pariwisata (MBP) ini, masyarakat diajak untuk mengenal lebih dalam sejarah dan
filosofi di balik kelezatan Sego Jajang dan Tempe Lanang.
"Bekamal, salah satu bahan utama Sego Jajang, sudah
ada sejak abad ke-13. Ini menunjukkan kekayaan kuliner kita yang perlu
dilestarikan," ujar Sukron, Ketua Pokdarwis Desa Gintangan.
Sego Jajang, nasi yang disajikan dengan lauk pauk yang
dibungkus daun bambu, memiliki cita rasa yang khas berkat adanya Bekamal,
daging yang difermentasi. Sedangkan Tempe Lanang, dengan bentuknya yang pipih
memanjang, memiliki rasa gurih dan sedikit asam yang membuat ketagihan.
"Tempe Lanang ini unik karena proses pembuatannya
harus benar-benar diperhatikan. Konon, jika pembuatnya sedang dalam kondisi
hati yang tidak baik, rasa tempe yang dihasilkan juga akan terpengaruh,"
jelas Sukron.
Dalam festival GELINTANG yang digelar pada Sabtu
(7/12/2024) lalu ini, Kepala Desa Gintangan, Hardiyono dalam sambutannya
menyampaikan apresiasi atas inisiatif mahasiswa.
"Kami berharap Festival GELINTANG menjadi pembuka
jalan bagi Gintangan untuk dikenal sebagai desa wisata kuliner yang menarik.
Potensi kita sangat besar, tinggal bagaimana kita bersama-sama
mengembangkannya," ujarnya.
Kepala Desa Gintangan, Hardiyono pukul gong
dibukanya Festival GELINTANG. (Foto: Istimewa)
Sementara itu, Kanom M.Par, dosen pembimbing mahasiswa,
menjelaskan festival ini bukan hanya sekedar ajang promosi kuliner, tetapi juga
upaya untuk melibatkan masyarakat dalam melestarikan budaya lokal.
“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan
untuk mendukung pengembangan pariwisata di Gintangan,” tegas Kanom, Sabtu
(14/12/2024).
Antusiasme masyarakat terhadap Festival GELINTANG sangat
tinggi. Hal tersebut terlihat dari kehadiran banyak pengunjung yang tidak hanya
menikmati hidangan, tetapi juga aktif dalam diskusi.
Festival GELINTANG mengajarkan kita bahwa kuliner lokal
bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga cerminan identitas budaya suatu
daerah. Dengan melestarikan kuliner, kita turut melestarikan warisan leluhur.
(man)