Mak Mantih selama 49 tahun berjualan Sego Cawuk. (Foto: Hasan Sentot)
KabarBanyuwangi.co.id – Bagi penggemar kuliner khas Banyuwangi, tidak asing dengan Mak Mantih, penjual Sego Cawuk di Rogojampi. Menempati emperan toko jalan menuju Stasiun Kereta Api dari arah Pasar, Mak Mantih sudah bertahan sejak tahun 1972 jualan Sego Cawuk.
“Kalau dihitung-hitung, saya sudah 49 tahun jualan sego cawuk yang saya masak sendiri. Pelanggan-pelanggan saya tidak saja dari Rogojampi dan Banyuwangi, tapi banyak juga dari luar Banyuwangi yang kebetulan berlibur,” ujar Mak Mantih kepada KabarBanyuwangi.co.id, Senin (21/6/2021) pagi.
Sekarang usia Mak Mantih sudah 79 tahun, tetapi semua
masakan diolah sendiri. Bahkan melayani pembeli juga dilakukan sendiri, hanya
dibantu pembuat minuman dan pencuci piring. Buka mulai jam 6 pagi, pembeli
sudah mulai antri. Sekitar jam 11 siang, jualan sudah habis.
“Anak saya tunggal laki-laki, belum tertarik meneruskan
usaha saya. Istrinya sudah mempunyai kesibukan sebagai penjual roti. Sementara
cucu-cucu saya juga tidak ada yang terterik, enggak tahu anak-anak sekarang
kelihatannya tidak tertarik dengan masakan orang dulu,” ujar Mak Mantih saat
ditanya siapa penggantinya kelak.
Menurut Mak Mantih, tidak ada yang berubah dari olahannya
sejak dulu. Ciri khas Sego Cawuk adalah kuah pindang dan cawuk bumbu gecok,
berupa parutan kelapa muda dan serutan jagung muda bakar.
“Sampai sekarang, tidak ada yang bisa memasak sego cawuk. Hanya Mak Mantih yang bisa, cucu keponakan dulu pernah ada yang ikut, tetapi sekarang malah hijrah ke Jakarta. Kalau dari anak lelakinya tidak mungkin, karena usaha roti istrinya juga maju pesat,” ujar Tahur Rochim, tetangga Mak Mantih di Prejengan, Rogojampi.
Sego Cawuk Mak Mantih dengan kuah gecok dan
pindang. (Foto: Hasan Sentot)
Meskipun Mak Mantih menegaskan tidak ada yang berubah
masakannya, sejak tahun 1972 hingga sekarang. Namun pelanggan orang Banyuwangi
(Baca: Using), paling sensistif terhadap rasa manis pada kuah sayur.
“Sekarang kuahnya agak manis, tidak gurih sepeti dulu.
Sekarang sudah banyak yang meniru Mak Mantih, tetapi rasa olahan khas
Banyuwangi yang gurih sangat menonojol,” ujar Mas'ud, warga Gitik Rogojampi.
Berubahnya rasa gurih menjadi manis, juga diceritakan
Samsul Hadi, warga Desa Gladag, Rogojampi yang tinggal di Kudus, Jawa Tengah.
Setiap pulang ke kampung halaman, selalu mampir ke Mak Mantih.
“Saya sekarang pindah ke tengah Pasar Rogojampi, karena
lebih gurih dan tidak manis seperti Sego Cawuknya Mak Mantih sekarang,” pungkas
Samsul. (sen)