Kelelahan di hutan Baluran yang gersang. (Foto: Bambang Sutejo)
KabarBanyuwangi.co.id - Tempat Budi jatuh ke parit, sebenarnya sudah hampir keluar hutan Baluran. Sekitar dua kilometer. Dari sana perjalanan kami lanjutkan. Namun kami saat itu tidak bisa lagi melaju dengan kencang. Selain sudah sangat capek, juga karena sepeda Budi yang 14 rujinya patah. Akhirnya pada pukul 21.00 WIB, kami baru sampai di Wongsorejo.
Di Wongsorejo kami bermalam di rumah Matsakur, juga teman kami satu kelas di SPMA Negeri Malang. Setelah mandi dan ngobrol sejenak, kami langsung istirahat.
Besoknya sekitar pukul 09.00 WIB, kami baru berangkat ke
Banyuwangi. Dalam perjalanan hari terakhir ini, aku lebih bersemangat. Karena
sudah memasuki kawasan Banyuwangi,
Jarak Wongsorejo ke Banyuwangi tinggal sekitar 30 km. Kami
tetap berada di depan... Dan sekitar pk 10.00 lewat kami sudah sampai di
Watudodol. Disitu kami menyempatkan waktu berhenti sejenak untuk berfoto
bersama. Kemudian diteruskan lagi berjalan ke Banyuwangi yang jaraknya tinggal
sekitar 15 km.
Sekitar pk.11.00 kami memasuki kota Banyuwangi. Berhenti
sejenak depan masjid Jami’ Baiturachman, perjalan kami lanjutkan ke Rumah di
Boyolangu yang tinggal 3,5 kilometer lagi.
Alhamdulillah, pada sekitar pukul 12.00 WIB lewat, kami
sampai di rumah Boyolangu. Bapak ibuku cukup kaget, dengan kedatanganku bersama
teman-teman bersepeda onthel dari Malang.
“Kok nekadnya kamu naik sepeda dari Malang, padahal kamu
tidak pernah bersepeda jauh, ”kata bapak heran". Akhirnya setelah kami jelaskan
perjalan yang kami alami, dia bilang. “Ya sudah, yang penting sudah sampai
dengan selamat. Sana minta ibu buat kopi diberi garam sedikit untuk
menghilangkan masuk angin".
Sehari itu, teman-teman istirahat total sambil mengecek
berbagai perlengkapan sepeda. Esok harinya, teman-teman langsung berangkat ke
Bali. ”Luar biasa ..hebat teman-temanmu Mbang. Hati-hati di jalan,” kata
bapakku saat mengantar mereka berangkat.
Catatan:
Ada beberapa catatan yang ingin aku sampaikan dalam kisah perjalananku ini:
1. Kisah
perjalananku bersepada onthel ini sebenarnya biasa-biasa saja. Bukan sesuatu
yang spektakuler. Apalagi jika dibandingkan dengan pesepeda pro.. Jelas tidak
ada apa-apanya.
Namun bagiku sangat luar biasa dan fenomenal. Bukan saja karena terjadi secara tiba-tiba dan tidak pernah dipersiapkan sejak awal, mulai dengan latihan untuk menempuh jarak jauh hingga ratusan kilometer, tapi juga adanya dorongan semangat dan soliditas tim untuk bisa tetap utuh/kompak untuk mencapai finish bersama (kerjasama tim).
Ungkapan keberhasilan sebuah tim lebih penting dibanding sukses individu itu mengingatkanku pada Bapak Arief Harsono, big boss Grup Samator, produsen gas swasta yang berpusat di Surabaya yang sekaligus pemilik Tim Bola Voli Pro Liga Samator.
Pemahaman dan jalan pikiran Bapak Arief inilah yang mendorong dia untuk memilih tim bola voli sebagai cabang olahraga yang didirikan dan dibinanya dibawah bendera Samator sejak 2002 sampai sekarang. “Dalam kerjasama tim tidak ada keberhasilan individu. Karena dalam banyak hal. keberhasilan seseorang dapat dicapai karena bantuan orang lain".
Patut kamu ketahui Mbang, katanya dalam satu wawancara saat aku masih aktif jadi reporter di Harian Ekonomi Bisnis Indonesia di Surabaya, bahwa setiap orang memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Seperti di voli, ada yang bagian pengumpan, smashing, pashing dll. ”Kalau masing-masing mereka bisa bekerjasama dalam tim yang solid, dijamin akan kuat. Tapi kalau diantara pemain ada yang merasa paling hebat dan bergerak sendiri-sendiri, dipastikan akan kalah".
2. Kisah
perjalananku ini aku dedikasikan kepada tiga sahabatku yang mendampingiku,
Puguh Prasetyo, Rudi Priyanto dan Budi Sucahyo.
Namun dua orang dari tiga sahabat-sahabatku itu kini sudah tiada. Puguh Prasetyo dan Rudi Priyanto sudah mendahului kami menghadap Tuhan YME.
Puguh sudah beberapa tahun lalu meninggal dalam sebuah kecelakaan di Sidoarjo. Sementara Rudi Priyanto baru beberapa bulan lalu karena terserang virus Covid-19. Semoga mereka berdua Bahagia di sisiNya..Aamiin.
Sedang Budi Sucahyo adalah pensiunan PPL yang sebelumnya bertugas dan kini tinggal di Pamekasan, Madura. Diantara tiga temanku tadi, Budi lah yang tenaganya paling kuat.
Dia sempat bercerita, saat perjalanan pulang dari Bali dia ketemu dengan lawan (tim bersepeda) lain yang seimbang di daerah Besuki. “Akhirnya teman-teman, Puguh dan Rudi aku tinggal jauh dibelakang...he he”. (Habis)
(Penulis: Bambang Sutejo, mantan Wartawan Bisnis Indonesia
asal Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi, sekarang tinggal di Kota Malang)