Light trap di areal tanaman bawang merah di Desa Kedungwungu, Tegaldlimo. (Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Kabupaten Banyuwangi dikenal
sebagai salah satu sentra bawang merah di Jawa Timur. Meningkatkan produksinya,
kelompok tani (poktan) di Banyuwangi menerapkan light trap sebagai penangkal
hama. Dengan cara ini produksi bawah merah meningkat menghasilkan rata-rata 13
ton, dari sebelumnya 10 ton per hektar.
Light trap yang digunakan dengan memasang lampu LED
berwarna hijau di areal tanaman bawang merah. Lampu ini dinyalakan setiap malam
hari untuk menangkal kupu-kupu putih (kaper/grayak) yang menjadi hama utama
tanaman bawang merah.
Seperti yang dilakukan kelompok tani (Poktan) Joyo dari
Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo. Para petani menyebut teknik ini dengan
Lautan Merah (Lampu Meningkatkan Produksi Bawang Merah). Di poktan Joyo Boyo,
penggunaan teknik ini dilakukan oleh 30 petani di lahan seluas 7 hektar.
Dengan teknologi light trap, produksi Poktan Tani Joyo
meningkat dari 10 ton per hektar (2022), menjadi 13 ton per hektar (2023).
Selain itu, penggunaan pestisida juga berkurang hingga 40 persen sehingga mampu
menekan biaya produksi petani.
“Dengan menggunakan lampu, ternyata bukan hanya produksinya
yang meningkat, tapi penggunaan bahan kimianya juga berkurang sehingga lebih
ramah lingkungan,” kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat mengunjungi
lahan bawang merah pokta Tani Joyo di sela kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor
di Desa) di Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo, Kamis (16/11/2023).
Ketua Poktan Tani Joyo, Hendro Kurniawan, menjelaskan
penggunaan light trap sudah dilakukan sejak 2020. Awalnya, kata dia, banyak
petani yang mengeluhkan serangan hama kaper.
Mereka menggunakan bahan pestisida untuk mengatasinya.
Selain harganya sangat mahal, pestisida ternyata juga berbahaya bagi lingkungan
jika digunakan dalam jangka panjang. Akhirnya mereka berinisiatif memasang
lampu untuk menangkal serangan kaper.
“Lampu ini sebagai repellent yang dipercaya dapat menarik
perhatian kupu-kupu (kaper) sehingga mereka tidak hinggap dan bertelur di daun
bawang,” kata Hendro.
Saat bertelur, kata Hendro, kaper mampu menghasilkan
2000-3000 butir telur. Setelah menetas, telur akan menjadi ulat yang dapat
merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman bawang merah.
“Inilah musuh utama petani bawang merah. Makanya kita
mencari cara agar kaper ini tidak sampai hinggap dan bertelur di tanaman kita,”
ujarnya.
Penerapan light trap saat ini telah dilakukan di lahan bawang merah seluas total 50 hektar se-Banyuwangi. Untuk mendorong produktivitas, Pemkab memberikan berbagai bantuan di antaranya berupa mulsa, NPK, dan pupuk organik kepada sejumlah kelompok tani. (humas/kab/bwi)