Tim UNAIR saat meluncurkan program LENTERA di Aula Masjid Baitul Muslimin Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Muncar, Banyuwangi. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Tingginya angka pernikahan usia
anak di Kecamatan Muncar, Banyuwangi, menjadi perhatian serius tim pengabdian
masyarakat (pengmas) dari Universitas Airlangga (UNAIR).
Melalui Program LENTERA (Lindungi Remaja: Tangkal Nikah Dini dan Edukasi Risiko Seksual), mereka menggelar pelatihan intensif selama dua hari, Sabtu sampai Minggu (14-15/6/2025) lalu, di Aula Masjid Baitul Muslimin Dusun Krajan, Desa Tembokrejo.
Program ini menyasar 25 remaja putra dan putri tergabung dalam Pemuda Peduli Kesehatan dan Lingkungan Caring Youth Community sebagai peserta pelatihan yang dipimpin oleh Ns. Kresna Bagus Sugiarto, M.Kes, dengan tujuan membekali mereka pengetahuan kesehatan reproduksi serta keterampilan menjadi pendamping sebaya (peer educator).
Ketua Tim Pengmas, Dr. Dewi Setyowati, S.Keb., Bd.,
M.Ked.Trop, menggandeng sejumlah pakar dari Fakultas Kedokteran UNAIR, di
antaranya Dr. Budi Prasetyo, dr., SpOG., Subsp.Obginsos, seorang ahli obstetri
sosial sekaligus Ketua Prodi Kebidanan.
Selain itu, dua dosen kebidanan, Astika Gita Ningrum, M.Keb., dan Andriyanti, S.Keb., Bd., M.Keb yang juga melibatkan tiga mahasiswa Prodi Kebidanan UNAIR sebagai fasilitator muda juga turut menyukseskan kegiatan ini.
“Desa Tembokrejo tercatat memiliki angka pernikahan dini
tertinggi di Kecamatan Muncar. Melalui Program LENTERA ini, kami berharap dapat
melindungi generasi muda dengan membekali mereka pengetahuan dan keterampilan
komunikasi yang tepat,” ujar Dr. Budi Prasetyo saat membuka kegiatan.
Hari pertama pelatihan diisi dengan empat sesi utama. Dr.
Dewi Setyowati membuka dengan materi tentang kesehatan reproduksi remaja,
mengajak peserta memahami perubahan biologis, psikologis, hingga sosial selama
masa pubertas.
Ia menekankan pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi
sebagai bagian dari tanggung jawab pribadi.
Sesi kedua, Dr. Budi Prasetyo memaparkan dampak negatif
dari pernikahan usia anak, mulai dari risiko kehamilan berisiko tinggi, potensi
putus sekolah, hingga meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga.
“Melalui data lokal dan diskusi kasus nyata, kami mengajak
peserta menganalisis kondisi di lingkungan sekitar mereka,” jelasnya dalam
siaran pers tertulis yang diterima KabarBanyuwangi.co.id, Rabu (18/6/2025).
Keterampilan berbicara di depan umum menjadi topik sesi
ketiga yang dibawakan oleh Astika Gita Ningrum. Peserta dilatih teknik public
speaking, termasuk mengatur intonasi, ekspresi wajah, hingga penggunaan bahasa
tubuh. Praktik langsung membuat suasana kelas hidup dan penuh antusiasme.
Materi terakhir oleh Andriyanti mengangkat teknik dasar
konseling teman sebaya. Peserta dilatih menjadi pendengar aktif, menjaga
kerahasiaan, dan memberikan dukungan emosional tanpa menghakimi. Salah satu
bekal penting untuk menjadi agen perubahan di komunitas mereka.
Hari kedua pelatihan difokuskan pada praktik langsung. Para
peserta dibagi ke dalam kelompok kecil dan melakukan simulasi konseling dengan
peran sebagai konselor maupun konseli. Mereka mempraktikkan komunikasi empatik,
teknik tanya jawab, hingga pencatatan sederhana.
Peserta pelatihan antusias ikuti pembekalan
dari tim FK UNAIR. (Foto: Istimewa)
Kegiatan ini juga dilengkapi dengan pre-test dan post-test
untuk mengukur pemahaman peserta. Hasil awal menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
yang signifikan setelah pelatihan berlangsung.
Tak berhenti sampai di sini, Program LENTERA akan berlanjut
melalui pendampingan daring oleh tim dosen FK UNAIR. Ke depan, program ini juga
direncanakan untuk direplikasi di desa-desa lain dengan kondisi serupa.
“Kami ingin LENTERA menjadi gerakan berkelanjutan. Bukan
hanya mencegah pernikahan dini, tapi juga membentuk remaja yang sehat secara
fisik, mental, dan sosial,” tegas Dr. Dewi Setyowati.
Dengan pendekatan edukatif dan empatik, Program LENTERA
diharapkan menjadi cahaya baru bagi para remaja Banyuwangi, agar tumbuh sebagai
generasi yang cerdas, berdaya, dan siap menyongsong masa depan tanpa dibayangi
pernikahan usia dini. (man)