Tradisi Kebo-Keboan Boyolangu Banyuwangi Diwarnai Atraksi Perang AirBoyolangu Culture Festival

Tradisi Kebo-Keboan Boyolangu Banyuwangi Diwarnai Atraksi Perang Air

Meriahnya atraksi perang air Kebo-keboan Boyolangu. (Foto: Firman)

KabarBanyuwangi.co.id - Tradisi Kebo-keboan kembali memukau di Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi, pada Selasa (8/4). Kemeriahan acara ini menjadi bagian tak terpisahkan dari Boyolangu Culture Festival yang rutin digelar setiap tanggal 10 Syawal.

Selain melestarikan budaya lokal, kegiatan ini juga menjadi penanda menyambut tradisi Puter Kayun, ritual wajib warga setempat yang akan dilaksanakan keesokan harinya, Rabu (9/4).

Sejak diperkirakan muncul pada tahun 1950-an, tradisi Kebo-keboan selalu dinanti warga Boyolangu. Tua, muda, dan anak-anak tumpah ruah menyaksikan ritual unik yang memadukan unsur budaya dan spiritual ini.

Baca Juga :

Dalam prosesinya, sejumlah peserta berdandan menyerupai kerbau, lengkap dengan alat pembajak sawah, dan beraksi layaknya hewan ternak di tengah riuhnya warga.

Namun, ada yang berbeda pada gelaran Kebo-Keboan Boyolangu kali ini. Acara dibuka dengan teatrikal bertajuk "Ngedusi Kebo" yang apik diperankan oleh Jessica Meidyas Putri, yang merupakan 5th Miss Grand Tourism 2024, beradu akting dengan Ki Pramu.

Tokoh pemuda dan adat Boyolangu, Slamet Darmadi, menekankan pentingnya tradisi ini bagi identitas masyarakat setempat. “Kebo-keboan ini sudah menjadi tradisi turun-temurun. Hampir setiap tahun kami gelar, dan alhamdulillah setiap pelaksanaannya semakin berkembang,” ungkap Darmadi.

Lebih dari sekadar tontonan, menurutnya, Kebo-keboan juga menjadi ungkapan syukur masyarakat atas berkah dan hasil panen yang melimpah.

"Bagi kami tradisi ini bukan hanya menarik untuk disaksikan, tetapi juga mengandung makna penghormatan mendalam terhadap alam dan kehidupan agraris yang menjadi tulang punggung masyarakat Boyolangu," jelas pria yang kerap disapa Darmadi ini.

Kemeriahan semakin terasa saat arak-arakan Kebo-keboan diwarnai dengan perang air antar warga. Saling siram air ini menambah keseruan jalannya tradisi, sekaligus menjadi simbol mengenang jasa leluhur yang telah membuka lahan pertanian pertama kali di wilayah tersebut.

Dua pemeran Kebo-keboan yang tampak bersemangat bahkan terlihat kegirangan saat terkena siraman air, layaknya kerbau sungguhan. Di setiap persimpangan kampung, Kebo-keboan berhenti dan berputar, menggambarkan aktivitas membajak sawah.

Selain itu, tahun ini panitia juga menampilkan "Kebo Cilik" yang diperankan oleh anak-anak setempat, menambah daya tarik acara.

Plt Kepala Disbudpar Banyuwangi, Taufik Rohman, mengapresiasi pelestarian tradisi ini. "Tradisi Kebo-keboan ini adalah kekayaan budaya yang luar biasa bagi Banyuwangi. Selain menjadi daya tarik wisata, tradisi ini juga memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong di masyarakat," ujarnya.

Lebih lanjut, Taufik menambahkan bahwa Boyolangu Culture Festival diharapkan dapat terus menjadi magnet budaya dan pariwisata yang khas di Banyuwangi, sekaligus mempererat tali persaudaraan antar warga.

"Tradisi tahunan yang diselenggarakan secara swadaya oleh masyarakat ini juga menjadi ajang silaturahmi antar warga sebelum kembali beraktivitas setelah menikmati libur Lebaran Idul Fitri," ungkapnya.

Iring-iringan arak-arakan Kebo-keboan juga dimeriahkan dengan berbagai kesenian tradisional lainnya, seperti Barong Using, Pithik-pithikan, Jaranan, dan Kuntulan. Tradisi ini menjadi pengingat akan jasa para leluhur agar tidak lekang ditelan zaman modern. (anj/man)