Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati bersama rombongan melakukan peninjauan di kawasan Pesisir Pancer. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Aktivitas kegempaan yang sering kali terjadi di sejumlah wilayah Indonesia mendapat perhatian serius dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat.
Dari data BMKG, aktivitas kegempaan di wilayah perairan selatan Jawa Timur juga terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meski tidak bisa diprediksi, potensi tsunami di kawasan pesisir selatan Pulau Jawa, besar kemungkinan bisa saja terjadi jika aktivitas kegempaan terus mengalami peningkatan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati
langsung melakukan peninjauan di kawasan Pesisir Pancer, Kecamatan Pesanggaran,
Banyuwangi, pada Kamis (05/08/2021). Wilayah ini mendapat perhatian khusus dari
pihak BMKG mengingat pada tahun 1994 silam, tsunami setinggi 8 meter yang
banyak menelan korban jiwa pernah melanda kawasan ini.
Agar tidak kembali timbul banyaknya
korban jika sewaktu-waktu potensi tsunami kembali terjadi, pihak BMKG melakukan
pemantauan langsung di sejumlah kawasan rawan tsunami untuk memastikan kesiapan
pemerintah daerah dalam menyusun rencana kontijensi ancaman bencana. Selain
sirine peringatan dini tsunami, jalur-jalur evakuasi warga di kawasan pesisir
harus dipersiapkan dengan matang sedini mungkin.
“Kejadian gempa-gempa di selatan
Jawa Timur ini jumlahnya semakin meningkat. Melebihi rata-rata tahun-tahun
sebelumnya,” kata Dwikorita Karnawati saat berada di Kawasan Pancer,
Pesanggaran.
Artinya apa, terjadinya gempa
semakin meningkat dan itu gempa di laut dengan kekuatannya tinggi hingga bisa
saja menimbulkan tsunami. Potensi terjadinya tsunami bisa meningkat. Kalau kita
terlalu lama menyiapkannya, bisa kedahuluan tsunaminya,” imbuhnya.
Bahkan pihak BMKG melakukan
penghitungan langsung dengan berjalan kaki untuk memprediksi estimasi waktu
evakuasi warga ke tempat yang lebih aman. Namun disayangkan, di salah satu
titik jalur evakuasi di Pesisir Pancer menuju dataran yang lebih tinggi masih
perlu dievaluasi kembali.
Keterangan Gambar : Kepala
BMKG, Dwikorita Karnawati bincang-bincang dengan petugas. (Foto: Istimewa)
Sebab, untuk menuju kawasan aman di
perbukitan, warga pesisir harus melewati sebuah sungai yang tentu itu akan
menghambat proses evakuasi untuk menghindari terjangan tsunami.
“Semua sistem sudah siap, tapi
sarana dan prasarananya yang belum siap. Percuma ada sirine peringatan dini,
tapi masyarakat tidak diberi sarana prasarana yang memadai,” ucap Dwikorita
“Setelah kita cek, ternyata tempat
yang aman ini jauh sekali. Aksesnya harus melewati sungai. Padahal sistem
evakuasi tsunami itu menghindari sungai dan pantai. Lha ini kok malah
menyeberangi sungai. Kalau situasinya panik, warga kocar-kacir mencari jalur
evakuasi ternyata malah masuk sungai ini kan malah bahaya,” imbuh Dwikorita.
Saat ini pihak BMKG secara maraton
melakukan peninjauan di sejumlah titik rawan tsunami yang ada di pesisir
selatan Pulau Jawa. BMKG berharap pemerintah daerah yang wilayahnya terdapat
kawasan rawan tsunami untuk mempersiapkan rencana kontijensi bencana agar jika
sewaktu-waktu tsunami terjadi tidak sampai menimbulkan banyaknya korban
berjatuhan.
“Pemantauan ini kami lakukan untuk mencegah kekacauan ataupun kegagalan peringatan dini,” pungkas perempuan ahli geologi ini. (man)