Penampilan Gandrung, Menjadi Obat Rindu Warga Banyuwangi di Tarakan, KaltaraIkawangi Tarakan

Penampilan Gandrung, Menjadi Obat Rindu Warga Banyuwangi di Tarakan, Kaltara

Salah satu penampilan Gandrung Tarakan. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id -  Warga rantau asal Banyuwangi dan sekitarnya yang rindu  kehadiran seni tari Gandrung, nampak bergembira saat melihat pertunjukan Gandrung tanggal 27 Pebruari 2021 lalu. Kesenian asli Banyuwangi itu, tampil pada acara khitanan Putra dari Ayu Nila Santi dan Dwicky Lana Bekti, anggota Ikawangi Tarakan asal Rogojampi.

Rasa rindu mereka terhadap kampung halaman, seakan telah terobati. Meskipun Gandrung yang mereka tonton tidak sama persis yang di Banyuwangi, atau di media Youtube. Namun melihat langsung sosok Gandrung, seakan tunai sudah kerinduan mereka terhadap kesenian yang menjadi mascot Kabupaten Banyuwangi ini.

Penampilan Gandrung kemarin bukan tanpa persiapan, dua minggu sebelum tampil, Rinto Ariandi salah satu warga AREMA yang tergabung dalam Ikawangi Tarakan sekaligus sebagai salah satu pelaku seni dalam tubuh Ikawangi Tarakan pukul 09.00 WITE menemui Agus Holik Siswanto, M.Pd menyampaikan usulan untuk nggebyakan (menampilkan) Gandrung yang sudah beberapa bulan ini melakukan latihan pada hajatan tersebut.

Baca Juga :

Gayung bersambut, setelah mendapatkan laporan Agus Holik panggilan akrab Sekretaris Ikawangi Tarakan Periode 2020- 2025 ini, langsung berkoordinasi dengan bidang seni dan budaya Dwicky sekaligus yang punya hajatan mendapatkan respon yang positif. Kemudian berkoordinasi dengan Ketua Ikawangi Tarakan H. Saimin, S.Ag., M.M, sebagai pemberi keputusan finalnya. Ketua memberi lampu hijau, untuk menampilkan seni tari Gandrung pada acara hajatan tersebut.

Keterbatasan penari serta properti Gandrung yang dimiliki Ikawangi Tarakan, karena  baru dibentuk beberapa bulan lalu. Dalam tempo 2 minggu, penari serta panjak Gandrung latihan di Studio Ikawangi. Semangat para penari Gandrung yang terdiri dari beberapa warga Ikawang cukup tinggi, setiap hari melakukan latihan agar penampilannya tidak mengecewakan.

Penari Gandrung terdiri dari Cici, Eni dan Erlina. Mereka Ibu-Ibu yang perhatian dan penambah semangat, untuk dapat melestarikan kesenian Seni Tari Gandrung. Cici tak asing dengan dunia seni suara ataupun tari, dia salah satu penyanyi senior dari panggung ke panggung pada masanya sekaligus istri dari Keyboardis kawakan Rinto.

Erlina Subekti merupakan istri dari Sekretaris Ikawangi Tarakan, berasal dari Yogyakarta. Keseharianya merupakan Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendidikan yang bertugas mengajar di SMKN 3 Tarakan, dengan mata pelajaran Biologi. Namun mempunyai dasar pernah menggeluti seni tari, sehingga membuatnya sangat tertarik ikut serta menari Gandrung bersama penari lainnya.


Keterangan Gambar : Pengurus Ikawangi Tarakan usai Pentas Gandrung pertama kali. (Foto: Istimewa)

Eny sendiri merupakan guru senior di SMPN 1 Tarakan, pengajar mata pelajaran PPKN. Pada saat latihan, para penari memanfaatkan kemajuan tekhnologi. Mereka mengadopsi dari berbagai sumber dalam bentuk digital, sebagai guru atau tempat belajar. Namun demikian tetap didampingi Bapak Pardi, sebagai pelatih tari Gandrung dan Panjak. Seperti philospy lama “Belajar tanpa Guru bisa tersesat”.

Dalam kurun waktu 2 minggu, gerakan tari dan panjaknya sudah cukup mateng layak untuk tampil. Memperhatikan keterbatasan properti (kostum) Gandrung, dengan sangat berat hati Sekretaris memutuskan untuk tidak menampilkan Gandrung pada hajatan tersebut.

“Saya tidak ingin Seni Tari Gandrung ditampilkan asal-asalan yang justru akan dapat membuat dampak yang kurang baik terhadap Gandrung itu sendiri. Kita harus menjaga marwah Gandrung pada tempat yang sebagaimana mestinya. Nanti pasti saatnya akan tiba untuk menampilkannya”, katanya.

Pembatalan tersebut bukan tanpa solusi, karena Dwicky sebagai Anggota Bidang Seni dan Budaya Ikawangi Tarakan, tetap bersekeras akan menampilkan Seni Tari Gandrung. Kekurangan yang dimiliki Ikawangi Tarakan, dikoordinasikan dengan Pengurus Ikawangi Bulungan yang mempunyai  penari dan properti lengkap.

Akhirnya, penampilan Gandrung yang dibawakan Novi, cukup baik dapat sebagai pengobat rindu akan tari Gandrung di tanah rantau. Novi merupakan anak asuh bidang kesenian dari Mbah Bibit Tanjung Palas, Kaupaten.Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) yang berasal dari Lumajang. Semua tidak ada yang sempurna, namun akan selalu berbenah untuk mendekati kesempurnaan.


Keterangan Gambar : Hajatan orang Banyuwangi di Tarakan, juga dihibur kelompok Reog Ponorogo. (Foto: Istimewa)

Acara khitanan sangat semarak dan meriah, kedua orang tua Ananda M. Rahsya Bayu Hidayat yakni Dwicky Lana Bekti dan Ayu Nila Santi, merupakan pelaku seni di daerah Kalimantan Utara. Ayu merupakan salah satu Sinden berbakat didukung dengan paras cantiknya dan supelnya. Dwicky yang piawai Ngeplak (nabuh) kendang selalu mendapatkan tempat di semua kalangan masyarakat. Kawan-kawan seprofesinya yang dari Berau dan Bulungan, nampak hadir di tengah acara tersebut.

Iringan musik yang dimainkan Group Music Marsudi Laras. pimpinan Cak Marsudi semakin menambah kemerihan acara tersebut. Beberapa lagu kendang kempul yang dinyanyikan oleh Eva salah satu biduan yang hadir nampak apik dengan keharmonisan musik yang terpadu dengan gamelan yang dimainkan oleh para panjak. Eva adalah salah satu biduan berbakat, Bapaknya berasal dari daerah Curahjati Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

Master of Ceremony (MC) yang dibawakan oleh Pak Petruk, menyampaikan baru kali ini ada acara yang menampilkan Seni Tari Gandrung selama dia membawakan acara di Tarakan. Pernyataan itu pun disambut tepuk tangan dari para tamu undangan yang hadir.

Pada kesempatan ini, ditampilkan beberapa hiburan untuk menyambut tamu yang menghadiri undangan dari tuan rumaht. Pada siang harinya menampilkan Reog Ponorogo yang dikenal dengan Group Reog Singo Barong Pimpinan Bapak H. Djamin, salah satu pengasuhnya Mbah Solikin warga asal Blitar. H. Djamin adalah Ketua Paguyuban Keluarga Warga Jawa (PAKUWAJA) Tarakan, Provisinsi Kalimantan Utara. Pakuwaja merupakan induk Paguyuban warga asal Pulau Jawa dan  Madura.

(Penulis: Agus Holik Siswanto, Sekretaris Ikawangi Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara)