Bupati Ipuk bersua dengan Agus Hermanto, guru honorer muda yang inspiratif di kediamannya. (Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Pengabdian Agus Hermanto, guru honorer dari pelosok Banyuwangi, menarik perhatian Bupati Ipuk Fiestiandani. Tak hanya mengajar, Agus juga berupaya agar anak-anak di desanya tetap bersekolah. Bahkan dia berkali-kali harus datang menjemput murid-muridnya agar mau sekolah.
Sejak tahun 2009, Agus mengajar anak-anak di SMP 3 Satu Atap Wongsorejo, Dusun Pringgondani, Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, sebuah kampung di pinggir kawasan hutan. Berstatus honorer dan usia masih muda, dengan segala keterbatasan yang ada Agus tetap tulus memilih menjadi guru.
"Mas Agus adalah potret
ketulusan. Masih muda, tapi pengabdiannya luar biasa. Di saat banyak orang
seusianya mencari kenyamanan kerja, dia justru memilih tetap bertahan di daerah
terpencil," ujar Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat mengunjungi
kediaman Agus, Senin (5/5/2025).
Setiap hari guru yang saat ini
berusia 36 tahun itu telah melintasi jalanan berbatu dan menanjak, perjalanan
medan sulit untuk satu tujuan, memastikan tidak ada anak desa yang putus
sekolah hanya karena kendala biaya atau letak geografis.
Menurut Ipuk perjuangan Agus
bukan hanya soal mengajar, tapi soal menyalakan harapan. Guru muda tersebut
adalah teladan yang patut diapresiasi atas dedikasinya dalam mengabdi.
“Kami sangat mengapresiasi dan
berterima kasih atas dedikasi Mas Agus. Kami juga kian semangat untuk
menjalankan berbagai program pendidikan, terutama pengentasan anak-anak putus
sekolah,” kata Ipuk.
Dari cerita Agus, Ipuk akan lebih
mengoptimalkan berbagai program daerah untuk anak-anak putus sekolah. Salah
satunya dengan Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh).
Program ini fokus menjaring anak putus sekolah dan membantu kembali ke bangku
sekolah melalui berbagai skema.
Agus bercerita menjadi guru bukan
hanya soal mengajar. Namun lebih pada motivator, penggerak, sekaligus penjaga
mimpi bagi anak-anak di daerah pelosok.
“Halaman masuk kelas saya tidak
langsung mengajar, ada sesi dialog dahulu. Bertanya apa kabarnya, bagaimana
semangatnya, dan apakah ada kendala. Setelah itu baru pelajaran,” kata Agus.
Agus juga berkali-kali mendatangi
rumah-rumah warga, membujuk orang tua agar mengizinkannya bersekolah.
Tak jarang ada siswa yang tidak
masuk saat ujian, ia menjemputnya sendiri, membangunkan, menunggu hingga mandi,
lalu membonceng dengan motor ke sekolah.
“Ngajar di pelosok itu capek,
tapi begitu lihat anak-anak semangat belajar, hati ini rasanya hangat. Capeknya
hilang,” ucap Agus.
Ia juga selalu mendoktrin
anak-anak pedesaan agar tidak minder dengan kilauan kota. Justru dari desa,
Agus menyatakan harapan tidak pernah sirna.
Agus berterima kasih atas kunjungan Ipuk ke rumahnya. Laptop yang diberikannya akan ia manfaatkan untuk mengakses referensi, dan menjangkau dunia pendidikan yang lebih luas. (humas/kab/bwi)