Bahas Penanganan Stunting dan Kemiskinan, BKKBN dari 16 Provinsi Workshop di BanyuwangiPemkab Banyuwangi

Bahas Penanganan Stunting dan Kemiskinan, BKKBN dari 16 Provinsi Workshop di Banyuwangi

(Foto: humas/kab/bwi)

KabarBanyuwangi.co.id - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI menggelar Regional Workshop, Pemutakhiran Pendataan Keluarga (PPK) dan penguatan Sistem Informasi Keluarga (SIGA), untuk penanganan stunting dan kemiskinan ekstrim, di Banyuwangi, 12-15 Juni 2023. 

Workshop yang digelar Direktorat Pelaporan dan Statistik BKKBN ini diikuti oleh 161 perwakilan BKKBN dari 16 provinsi di Indonesia, di antaranya Aceh, Sumatera Selatan, D.I.Y., Gorontalo, Kalimantan Timur, Maluku, Papua, dan provinsi lainnya. 

Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso, menyampaikan hasil pendataan dan pemutakhiran data ini adalah hal penting. Mengingat data yang valid dan realtime akan menentukan intervensi apa yang akan dilakukan.

Baca Juga :

"Pendataan dan pemuktahiran data penting sebagai dasar intervensi kebijakan di daerah untuk menangani permasalahan stunting dan Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrim (PPKE)," kata Sukaryo saat pembukaan workshop PPK-23, Senin (12/6/2023).

Salah satu alasan dipilihnya Banyuwangi sebagai tempat digelarnya workshop karena berbagai upaya Banyuwangi di bidang pembangunan manusia dan ikhtiar penurunan stunting. 

"Harapan kami, apa yang dilakukan Banyuwangi bisa menjadi pemicu daerah lain untuk memberikan upaya maksimal untuk pengelolaan kualitas data yang lebih baik," kata Sukaryo. 

Direktur Pelaporan dan Statistik, Lina Widyastuti, mengatakan workshop PPK-23 merupakan forum konsolidasi dan penyiapan pelaksanaan pemuktahiran pendataan keluarga dan penguatan sistem pendataan keluarga. 

"Workshop ini sebagai forum konsolidasi pusat, provinsi, dan kota untuk menyamakan visi memastikan pelaksanaan PPK-23 berjalan dengan baik dan optimal," ujar Lina.

Lina menyampaikan PPK-23 akan mulai dilaksanakan mulai 1 hingga 30 Juli mendatang, dengan pra pelaksanaan pada 20 Juni. "Nantinya, hasil dari pendataan akan menjadi basis kebijakan penanggulangan stunting dan P3KE," kata Lina.

Sementara Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang turut hadir dalam pembukaan workshop menyatakan, Pemkab Banyuwangi mendukung kegiatan PPK-23. Menurutnya, dengan memiliki data yang akurat, maka daerah dapat melakukan intervensi yang lebih tepat sasaran dalam melaksanakan program pembangunan, 

"Kami berharap kegiatan ini memberikan data akurat yang bisa menjadi dasar kebijakan bagi kami untuk lebih baik menanggulangi masalah keluarga seperti stunting dan kemiskinan ekstrim," harap Ipuk.

Dalam penanggulangan stunting, Pemkab Banyuwangi alokasikan Rp7 miliar untuk pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil resiko tinggi. Banyuwangi juga bentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai camat bersama Kepala Puskesmas dengan anggota tenaga kesehatan dan elemen kader lainnya.

Selain itu juga ada sederet program lain, seperti Sekolah Asuh Stunting yang dikoordinir Dinas Pendidikan, pemberian sayuran dan daging hasil program pertanian oleh Dinas Pertanian, dan lain sebagainya. Pemkab Banyuwangi juga siapkan Desa Lokus Penanganan Stunting.

Turut hadir pada kesempatan tersebut, Direktur Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) BKKBN RI, Eka Sulistia Ediningsih; dan Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati. (humas/kab/bwi)