BSTF Kembali Buktikan Penetasan Tukik Tanpa Pasir, Puluhan Ekor Tukik DilepaskanBSTF Banyuwangi

BSTF Kembali Buktikan Penetasan Tukik Tanpa Pasir, Puluhan Ekor Tukik Dilepaskan

Puluhan ekor tukik dilepas liarkan dari Pantai Pulau Santen, Banyuwangi. (Foto: Fattahur)

KabarBanyuwangi.co.id - Sebanyak 99 ekor tukik (anak penyu) jenis lekang (Lepidochelys Olivacea) hasil tetasan alat Inkubator Buatan (Intan) Box dilepasliarkan ke laut lepas.

Puluhan ekor anak penyu dilepaskan oleh Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) bersama dengan komunitas Home Schooling HSKB (Home Schooling Karesidenan Besuki) dan kelompok penyayang penyu di Pantai Pulau Santen, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Minggu (31/7/2022) sore.

Sejumlah bule yang saat itu tengah berlibur sambil menikmati matahari sore di Pantai Pulau Santen, juga turut ambil bagian melepas tukik.

Baca Juga :

Tukik yang menetas dan dilepaskan tersebut menjadi bukti keefektifan metode penetasan telur penyu tanpa media pasir yang digagas BSTF.

Marit, Wisatawan asal Belanda yang ikut melepas tukik, mengaku tidak menduga mendapatkan momen melepas tukik ketika berlibur di salah satu pantai di Banyuwangi. "Tentu sangat senang bisa melepas tukik," kata Marit.

Momen melepas tukik itu baru pertama kali dilakukan oleh Marit. Sehingga ia terkagum-kagum sekaligus bahagia. Apalagi ia ditemani anak-anak saat bersama-sama melepas tukik ke laut lepas. "Ya, ini baru pertama kali aku melepas tukik, sebelumnya belum pernah," katanya.


Wisatawan asal Belanda berkemsempatan ikut serta melepas tukik di Pantai Pulau Santen. (Foto: Fattahur)

Pembina BSTF, Wiyanto Haditanojo menjelaskan, 99 tukik tersebut sebelumnya berasal dari 107 butir telur yang didapat di sarang alami, Pantai Boom pada 24 April 2022 lalu.

Kemudian telur diinkubasi dalam Intan Box yang berada di laboratorium Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga. "BSTF sendiri meletakkan Intan Box di tiga lokasi yang berbeda. Yaitu di sektretariat BSTF, SIKIA Unair dan Pantai Cemara," ujar Wiyanto.

Wiyanto melanjutkan, setelah diinkubasi selama 60 sampai 64 hari atau tepatnya pada 23 Juni 2022, sebanyak 99 telur menetas dan 8 butir lainnya rusak sehingga tidak bisa menetas. "Jadi dari sarang ke empat yang kita masukan ke Intan Box, total ada 99 ekor tukik yang menetas. Atau sekitar 92,5 persen yang berhasil menetas," ungkapnya.

Sejak dibuat tahun 2021, Intan Box telah menetaskan lebih dari 1.000 butir telur penyu Lekang dan 1 sarang 51 butir Penyu Hijau (Chelonia Mydas).

Metode penggunaan alat inkubator yang dikembangkan BSTF ini pun dianggap cukup efektif. Selain tak memerlukan media pasir seperti sarang alami maupun semi alami, Intan Box juga terbukti memiliki rasio penetasan yang cukup tinggi. Rata-rata, angka penetasanya ada di atas 90 persen, lebih tinggi dari rata-rata penetasan semi alami.


Proses penetasan telur penyu di dalam Intan Box tanpa media pasir. (Foto: Fattahur)

Alat yang berbentuk boks ini mampu menampung 1.000 butir telur dan tidak memakan tempat yang luas, sehingga mudah dipindah dan dapat dipantau langsung melalui kamera CCTV yang terkoneksi dengan smartphone.

Keunggulan lainnya, jenis kelamin tukik yang dikehendaki, apakah betina maupun jantan cenderung lebih bisa dikontrol. Karena Intan Box sudah dilengkapi dengan panel controller yang otomatis bisa menyesuaikan kelembaban dan suhu udara selama proses inkubasi berlangsung.

"Karena pemanasan global, saat ini mayoritas penyu yang menetas di alam berjenis kelamin betina. Padahal di alam liar, seekor induk penyu betina membutuhkan antara 4 sampai 6 penyu jantan untuk membuahi telur-telur yang ada dalam indung telur penyu betina," paparnya.

Wiyanto memperkirakan, penyu-penyu yang dilepaskanya di Pantai Pulau Santen adalah penyu-penyu berjenis kelamin jantan, karena masa inkubasinya lebih lama dibandingkan semi alami yang biasanya menetas sekitar 45 sampai 47 hari.

"Tukik berusia 37 hari yang dilepas saat ini responnya sama dengan tukik hasil penetasan alami maupun semi alami saat dilepas ke laut lepas," tambahnya.


Pembina BSTF, Wiyanto Haditanojo saat diwawancarai wartawan. (Foto: Fattahur)

Wiyanto menambahkan, selama proses Inkubasi berlangsung. Para peneliti dari SIKIA Unair Banyuwangi salah satunya drh. Aditya Yudhana dan tim mahasiswa terus melakukan pemantauan telur penyu yang ditetaskan dalam tabung di Intan Box.

"Hal ini akan dijadikan bahan penelitian oleh SIKIA Unair Banyuwangi sekaligus untuk pengembangan Intan Box kedepannya," katanya.

Selain Intan Box, BSTF juga menciptakan Yosi Box yang berfungsi untuk mempercepat penyerapan Yolk (kuning telur) anak penyu (tukik) yang baru menetas.

Secara alami Yolk membutuhkan waktu dua hingga empat hari untuk menyusut. Namun dengan alat Yosi Box, durasi penyerapan yolk hanya berlangsung beberapa jam saja. Dengan begitu, tukik bisa lebih cepat dilepas ke habitatnya, tanpa khawatir yolk nya masih besar hingga menghampat waktu berenang.

Kegiatan ini di dukung oleh Balai Pengolahan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Kementerian Kelautan dan Perikanan dan BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam). "Semoga Intan box bisa mendapatkan dukungan dari semua pihak agar kelestarian penyu tetap terjaga," harapnya. (fat)