Ali Nurfatoni bersama Menpan RB, Abdullah Azwar Anas. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Tahun 2024 ini adalah tahun politik sekaligus pertarungan dan atau pertaruhan antar partai politik (Parpol). Gengsi tingkat tinggi lintas parpol sudah dimulai saat pemilihan calon presiden dan wakil presiden dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka terpilih sebagai pemenang.
Kemenangan pasangan calon (Paslon) Prabowo-Gibran menunjukkan bahwa koalisi parpol pengusung dan pendukung mereka lebih hebat dari parpol lain. Betapa tidak, juara bertahan pengusung jago dua edisi sebelumnya, PDI-P pun tumbang.
Ganjar Pranowo-Mahfud MD kalah dan malah mengisi posisi juru kunci. Keduanya juga kalah bersaing dari Anis Baswedan-Muhaimin Iskandar yang diusung Nasdem dan PKB.
Nah, kekuatan mesin parpol dalam memenangkan pasangan calon perlu disimak. Sebab, figur calon yang bakal diusung jangan asal-asalan. Harus memiliki nilai tawar yang tinggi. Calon harus benar-benar memiliki kapasitas dan mempunyai tingkat elektabilitas yang tinggi.
Bisa dicek, menjelang bergulirnya Pilpres, saat itu dari hasil riset dan catatan lembaga survei. Nama Prabowo Subianto selalu teratas tingkat elektabilitasnya jika dibandingkan tokoh lain. Bahkan, tingkat keterpilihan terus merangkak naik mendekati hari H coblosan. Faktanya, dia pun bablas sebagai presiden terpilih dengan prosentase di atas 50 persen.
Situasi itu tentu harus dijadikan rujukan bagi figur dan atau bakal calon yang hendak tampil di tingkat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar serentak se Indonesia tanggal 27 November nanti.
Hajatan akbar itu juga berlaku di Banyuwangi. Setiap tokoh yang hendak maju harus bisa mengukur tingkat elektabilitas. Jika hasil survei poinnya tinggi, maka dia akan layak mendapatkan jaminan rekomendasi parpol.
DPP setiap parpol tentu akan memberlakukan metode survei. Itu untuk mengukur tingkat keterpilihan jagonya yang akan diusung di Pilkada. Jangan harap calon dengan survei rendah mendapatkan tiket maju sebagai bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota serta calon gubernur dan wakil gubernur.
Pertimbangannya, setiap tokoh yang melamar di parpol pasti selalu mengunggulkan calon. Misalnya, tokoh A dan atau tim suksesnya, dia akan bilang ke DPP dirinya potensi menang besar, sedangkan tokoh B ini juga menyampaikan pendapat suaranya paling tinggi, sementara tokoh C juga bilang dirinya yang paling layak dan seterusnya.
Padahal, parpol di level pusat sebagai pemberi rekomendasi calon tentu akan “pusing” dalam menentukan pilihan. Oleh sebab itu, metode yang paling mudah adalah menggandeng lembaga survei.
Dengan demikian, jika ingin maju sebagai kandidat, figur calon harus bisa menunjukkan hasil riset dari lembaga survei untuk meyakinkan parpol sang memberi rekomendasi.
Bayangkan, di Jawa timur saja, ada 38 kabupaten/kota yang menggelar pilkada serentak. Sementara, semua nama yang akan diusung harus ada tanda tangan rekomendasi dari ketua umum dan sekretaris jenderal masing-masing parpol untuk dibawa ke KPU sebagai syarat mutlak.
Oleh karena itu, figur yang maju sebagai calon harus mengunci dan meyakinkan semua parpol. Caranya, tunjukkan bukti hasil riset lembaga survei dengan elektabilitas tinggi. Otomatis DPP akan memberikan jaminan rekomendasi.
Sebagaimana diketahui, banyak sekali sederet tokoh yang berpotensi maju sebagai calon bupati dan wakil bupati di Banyuwangi. Di antaranya, Ipuk Fiestiandani sang petahana dari PDI-P, kemudian ada H. Moh. Ali Makki Zaini mantan ketua PCNU, KH Ahmad Munib Syafaat seorang rektor, pengasuh pesantren dan politisi.
Nama lain H. Sugirah wakil bupati saat ini, Guntur Priambodo dan Ali Ruchi representasi dari unsur birokrat, Sumail Abdullah anggota DPR RI dari Gerindra, Ratna Ani Lestari mantan bupati.
Selain itu, ada juga nama Ahmad Hadinuddin anggota DPRD Provinsi Jatim dari Gerindra, Michael Edy Hariyanto ketua Partai Demokrat, Ali Mustofa kader Nasdem sekaligus anggota DPRD Banyuwangi dan sejumlah deretan nama lain yang juga siap berkompetisi.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB), Abdullah Azwar Anas akan menyodorkan istrinya Ipuk Fiestiandani unjuk maju lagi.
Kata dia, hasil riset lembaga survei tingkat kepuasan
masyarakat terhadap kinerja istrinya sangat tinggi yaitu berkisar 80 persen. Mengenai
sosok wakil, tunggu nanti.
Di tengah obrolan kami di sebuah restoran Mall Grand Indonesia Jakarta, ada sejumlah pengunjung lain tiba-tiba menyapa sambil mendekat. Pak Anas menteri ya, bisa minta foto pak! Boleh, mari-mari, jawabnya.
Usai melayani foto bareng pengunjung, Menteri Anas pun kembali berkelakar “Kita ngobrol sambil ngakak-ngakak, ternyata di sebelah kita mengamati dan kenal juga dengan saya hahahaha”.
(Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi)