(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Pemkab Banyuwangi memulai sinergi dengan Pemkab Bangli, Bali, untuk pengembangan ekonomi. Salah satunya, kerja sama dalam pendistribusian dan pemasaran komoditas pangan antar kedua wilayah.
Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dan Wakil Bupati Bangli I Wayan Diar, di Banyuwangi, pada 6 Juni 2021 lalu.
Penandatanganan MoU tersebut turut
disaksikan Kepala Kantor Perwakilan BI Jember Hestu Wibowo, Deputi Direktur
Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali Donny, serta Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) Kabupaten Bangli.
“Kami ingin kerjasama terkait bahan
pangan. Banyuwangi memiliki produksi beras yang melimpah. Bahkan di masa
pandemi masih tetap surplus hingga 58.290 ton. Sementara kami adalah produsen
telur. Sekitar 54 persen kebutuhan telur di Bali dipasok dari daerah kami. Nah
potensi inilah yang ingin kami kerja samakan,” ujar Wayan.
Wayan berharap, kerjasama ini dapat
memicu pertumbuhan ekonomi di wilayahnya. Kabupaten Bangli, kata dia, saat ini
tengah melakukan berbagai upaya untuk pemulihan ekonomi akibat pandemi
covid-19.
“Tidak bisa dipungkiri kondisi
perekonomian kami sangat tidak stabil. Pandemi Covid-19 telah berimbas ke
segala aspek, utamanya ekonomi,” kata Wayan.
“Dengan kerja sama ini, kami
berharap bisa melakukan intervensi terhadap supply and demand komoditas pangan
di pasaran, sehingga semakin ada kepastian ekonomi bagi para pedagang,”
imbuhnya.
Selama ini, kata Wayan, hampir 51
persen perekonomian di Provinsi Bali, termasuk Kabupaten Bangli, sangat
bergantung pada sektor pariwisata. Sektor ini terpaksa harus terhenti selama
pandemi Covid-19 lantaran adanya kebijakan yang melarang wisatawan asing masuk
ke wilayah Bali untuk mencegah penularannya.
Dia menyebut, merosotnya sektor
pariwisata menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Bali mengalami kontraksi hingga
9,3 persen (2020). Bahkan tahun ini, pertumbuhan ekonominya masih tercatat
minus 5,8 persen. “Tentu penurunan ini juga sangat kami rasakan di Kabupaten
Bangli,” ujar Wayan.
Wayan lantas mengapresiasi kinerja
pariwisata Banyuwangi yang bisa segera bangkit dan berangsur pulih meski
dihantam pandemi.
“Inilah yang menjadi alasan kami
ingin bekerja sama dengan Banyuwangi. Selain pertaniannya memang terbukti
bagus, ternyata di tengah pandemi saat daerah lain hancur, justru pariwisata Banyuwangi
mampu bertahan. Kami ingin belajar kiat-kiatnya,” ujar Wayan.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi
Ipuk Fiestiandani juga gembira dengan kerjasama yang terjalin dengan Pemkab
Bangli. Menurut Ipuk, dengan kerjasama ini dapat pasokan komoditas high risk di
kedua kabupaten.
"Lewat kerjaama ini, kami
berharap dapat menjaga dan menumbuhkan perekonomian di kedua wilayah. Mana yang
kelebihan, mana yang butuh, bisa saling mengisi nantinya," kata
Ipuk.
"Kelebihan yang dimiliki
masing-masing wilayah menjadi modal bagi kita untuk maju bersama. Bagi kami,
saat ini adalah era kolaborasi, saling bersinergi. Bukan lagi berkompetisi.
Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kemajuan bersama,” ujarnya.
Sekedar diketahui, berdasarkan data
Dinas Pertanian dan Pangan di 2020, Banyuwangi menghasilkann 788.971 ton gabah
kering giling (GKG) atau setara 495.079 ton beras. Adapun tingkat konsumsi
beras sebesar 165.411 ton. Sehingga pada 2020 terdapat surplus 329.668 ton beras.
Memasuki masa Januari-Maret 2021, data Dinas Pertanian dan Pangan menyebutkan, produksi GKG Banyuwangi sebesar 158.892 ton atau setara 99.705 ton beras. Adapun tingkat konsumsi Januari-Maret 2021 sebesar 41.415 ton, sehingga terdapat surplus 58.290 ton beras. (Humas/kab/bwi)