Lapak jajanan tradisional Banyuwangi depan TK Dharma Wanita Mojopanggung. (Foto: Firman)
KabarBanyuwangi.co.id – Saat banyak usaha kuliner megalami kelesuan, bahkan tidak sedikit yang tutup, namun tidak demikian dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) jajanan tradisional Banyuwangi. Meski ada pembatasan orang keluar rumah akibat pandemi, nyatanya pembeli jajanan tradisional Banyuwangi tidak pernah sepi.
Mereka yang datang membeli, selain warga sekitaran, tidak sedikit juga warga yang kebetulan melintas di kawasan tersebut. Berlokasi di timur perempatan dengan arus lalu lintas yang cukup padat, lapak mungil yang memajang jajanan dengan rapi ini mampu menarik perhatian para pengguna jalan.
Hampir seluruh jajanan tradisional
khas Banyuwangi seperti Lupis, Lanun, Serabi, Orog-orog, Uceng-uceng, Celorot,
Lepet, Tape, Ketot, Ketan, Klepon hingga Semanggi tersedia di lapak milik
Suwana ini.
Suwana mengaku, saat masa sulit
seperti sekarang, jualannya tetap stabil dan tidak mengalami penurunan.
“Alhamdulillah, meskipun pandemi
jualan saya tetap ramai pembeli. Bermacam jajan yang saya jual ini, sering
habis,” tegas Suwana kepada kabarbanyuwangi.co.id,
Sabtu (19/9/2020) sore.
Keterangan Gambar : Lapak sederhana ini memajang berbagai jajanan tradisional
Banyuwangi secara rapi. (Foto: Firman)
Suwana menambahkan, kualitas
jajanan menjadi perhatian utama. Semua dimasak pada pagi hari sebelum lapak
dibuka pada sore hari. Jajanan berbahan dasar sederhana berupa tepung beras
ini, dibuat langsung oleh Suwana di rumahnya Desa Olehsari, Kecamatan Glagah
dengan dibantu beberapa tetangga yang merupakan warga Suku Using.
Sejak tahun 2016 lalu, Suwana tetap
konsisten menjual jajanan ini dengan harga mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 5.000
per porsinya. Lapak yang dibuka mulai pukul 3 sore hingga 9 malam ini, mampu
meraup omzet hingga Rp 2 juta per harinya. Suwana hanya dibantu dua orang rekan
kerjanya.
“Banyak yang bilang jajanan ini
lebih nikmat dimakan di rumah bersama keluarga maupun kerabat. Oleh sebab itu,
pelanggan saya lebih banyak memilih dibungkus. Namun ada juga beberapa memilih
ngemil, untuk dimakan di sini,” tambah Suwana sambil meracik jajanan secara
cekatan karena pembeli mulai ramai.
Kesan pertama dari bentuk dan
nama-nama jajanan yang dijual, pasti peminatnya orang-orang jadul atau jaman
dulu. Namun, semua kalangan usia, anak kecil maupun anak muda masih meminati
jajanan tradisional ini.
“Di sini saya sih suka beli Lupis
sama Lanun, menurut saya walau terlihat sederhana, rasanya itu enak,” kata Tesa
(18), sambil menunggu pesanan jajajan yang dibungkus.
Keterangan Gambar : Lupis,
Lanun, dan Serabi dicampur jadi satu porsi jajanan paling laris. (Foto: Firman)
Jajanan yang berisi potongan Lupis,
Lanun, dan Serabi dicampur menjadi satu porsi, lalu diolesi gula merah cair
sebagai pemanis, juga ditaburi parutan kelapa sebagai penambah rasa gurih ini
merupakan jajanan paling laris di lapak milik Suwana.
Seperti halnya Hasan (49), warga
Kecamatan Singonjuruh yang bekerja di bengkel mobil sekitar lapak, ia mengaku
sering pesan jajanan yang paling laris itu.
“Memiliki rasa yang legendaris saya
suka jajanan ini sejak kecil. Disela-sela istirahat kerja, saya biasanya pesan
Lupis, Lanun, dan Serabi untuk dimakan bareng-bareng rekan kerja,” kata Hasan
saat menikmati cemilannya dengan lahap.
Berjualan di pinggir jalan bersama
sejumlah lapak lain, lapak jajanan tradisional Banyuwangi ini telihat paling
ramai dikunjungi pembeli. Tak jarang, beberapa pelanggan sampai kehabisan
jajanan yang mereka inginkan. Bagi yang ingin menikmati secara khusus, jajanan
ini bisa dipesan melalui nomor telepon 082332396156 milik Suwana. (man)