Kendang Banyuwangi hasil karya Yanto Lampung Timur. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Banyaknya kesenian khas Banyuwangi di wilayah Provinsi Lampung, menjadi latar belakang tumbuhnya perajin kendang khas Banyuwangi. Bahkan seorang perajin kendang asal Lampung Timur, hasil karyanya dikirim ke Kalimantan dan Blitar, Jawa Timur.
Namanya Piyanto, atau akrab dipanggil Yanto Kendang, adalah perajin kendang otodidak. Anak pasangan Wardani dan Katimah, seorang Transmigran asal Sidorejo, Tegaldlimo adalah putra kelahiran Lampung 11 Juni 1989. Meskipun demikian, kecintaanya terhadap kesenian Banyuwangi tidak kalah dengan putra asli kelahiran Banyuwangi.
“Saya sejak 2014 lalu memulai usaha kerajinan kendang,
setelah melihat wujud kendang dan sering ikut kesenian Banyuwangi di Lampang,” tegas
Yanto Kendang kepada KabarBanyuwangi.co.id
“Kebetulan ayah seorang panjak terompet pada kesenian Jaranan Banyuwangi, juga senang paju Gandrung sejak di Banyuwangi hingga di Lampung ini. Jadi saya akrab dengan kesenian Banyuwangi sejak kecil, kendati baru sekali sambang ke Banyuwangi,” imbuhnya.
Yanto mengaku, Kendang hasil produksinya selain dipesan
sejumlah kelompok kesenian yang ada di Lampung, juga pernah dipesan kelompok
Kesenian Banyuwangi yang ada di Kalimantan dan Blitar, Jawa Timur.
“Saya memang khusus memproduksi kendang khas Banyuwangi,
tetapi bila ada yang pesan kendang Jawa atau bentuk yang lain, juga saya
layani. Hargnya kendang Banyuwangi Rp. 1 juta hingga Rp. 2 juta per unit,
tergantung model kayu yang digunakan serta ukiran badan kendang,” ungkap Yanto
yang mengaku belajar musik Banyuwangi dari Youtube.
Keterangan Gambar : Gandrung Sekarang Wangi yang dirintis Yanto di Lampung Timur (Foto: Istimewa)
Pemasaran kendang sejak virus corona mewabah, mulia turun
drastis. Bahkan bahan baku seperti rotan untuk tali kendang, juga mulai sulit
didapat. Kayu kelapa atau gelugu masih melimpah di Lampung, bahkan Yanto juga
memasok bahan untuk 2 perajin Kendang di Lampung.
“Sebelumnya, perajin kendang mendatangkan bahan baku
seperti kulit dari Banyuwangi langsung. Namun setelah saya memproduksi,
sekarang mengambil dari saya,” cetus Yanto yang mengaku terus menjalin hubungan
pribadi dengan seniman di Banyuwangi.
“Bahkan Kang Haidi Bing dari Kemiren, mau barter kendang kayu nangka dari saya dengan Biola bikinan Kang Hadi atau Edi Bing,” imbuh Yanto yang tinggal di Desa Sindang Anom, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Sukadana.
Saat ini Yanto juga sedang merintis berdirinya Kesenian
Gandrung Sekar Wangi di Lampung, dengan penari Gandrung anak-anak Lampung, baik
yang keturunan Banyuwangi maupun dari suku lain. Namun Yanto ingin Kelompok
Gandrungnya fokus ke Gandrung klasik seperti di Banyuwangi.
“Alhamdulillah, sudah ada penari yang saya didik sejak
pertengahan tahun lalu. Sejak adanya pandemi, jarang pentas serta kesulitan
akan mengembangkan lagi. Namun saya berprinsip, Gandrung harus berdiri sendiri
tidak dicampur dengan kesenian lain. Makanya saya berani mencantumkan dalam Banner
Kesenian Gandrung Sekar Wangi, tidak ditambah dengan kesenian lain,” tegas
Yanto.
Keterangan Gambar : Kelompok Gandrung Sekar Wangi oleh anak-anak muda Lampung Timur. (Foto: Istimewa)
Memegang sikap idealias dalam mendirikan dan mengembangkan
kesenian Gandrung di Lampung tidak mudah, karena umumnya kelompok Kesenian
Banyuwangi di Lampung itu mencakup semuanya.
“Saya juga kesulitan kalau ada permintaan gendhing Jawa seperi Srampad, Giudangsari dan lain-lainya, karena itu gendhing Tayub,” kilah pria yang masih membujang ini.
Dalam setiap undangan manggung, Kesenian Gandrung Mekar
Arum hanya membawa seperangkat gamelan berupa Kendang, Biola, Klucing dan
Kempul.
“Itu seperti kesenian Gandrung di Banyuwangi. Apabila
diminta melayani gending Jawa, tentu kami kesulitan,” kata Yanto.
Meskipun sudah malang melintag dalam pelestarian kesenian
Banyuwangi di Lampung, namun Yanto belum pernah mendapatkan bimbingan langsung
dari para seniman asli dari Banyuwangi. Semua yang dijalani berdasarkan
informasi lisan dari orang-orang tua asal Banyuwangi dan belajar dari Youtube.
“Kalu informasi dari orang tua, mungkin sudah sulit
diterapkan di era kekinian. Harapan saya dan seniman kesenian Banyuwangi di
Lampung, ada pembinaan langsung dari Pemkab Banyuwangi. Mislanya dengan
mengirimkan seniman ke Lampung, sehingga kami yang ingin menjaga keaslian
kesenian Banyuwangi tidak terlalu sulit,” pungkas Yanto. (sen)