Founder BSTF, Wiyanto Haditanojo menata beberapa miniatur telur, tukik, dan penyu. (Foto: Fattahur)
KabarBanyuwangi.co.id - Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) membuat miniatur penyu sebagai sarana edukasi.
Total ada empat jenis miniatur penyu yang dibuat. Di antaranya, penyu belimbing (Dermochelis coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Keempat jenis penyu tersebut, habitatnya berada di
beberapa titik tersebar di Kabupaten Banyuwangi.
Founder BSTF, Wiyanto Haditanojo mengatakan, miniatur
dibuat beragam model, mulai dari telur utuh, telur baru menetas, tukik, hingga
penyu.
"Ada empat jenis miniatur penyu yang saya buat.
Keempatnya adalah penyu yang hidup di Banyuwangi," kata pria yang akrab
disapa Wiwit itu.
Seluruh miniatur yang dimiliki BSTF, dibuat oleh Wiwit
bareng pembuat replika yang handal. Bahan yang digunakan berasal dari resin.
Masing-masing miniatur penyu yang dibuat memiliki bentuk yang berbeda, mulai dari telur hingga setelah menetas. "Maka saya membuat replika ini dalam berbagai bentuk sebagai sarana edukasi," cetusnya.
Menurut Wiwit, mengenalkan penyu melalui replika adalah cara termudah, karena tanpa harus membawa hewan aslinya.
Replika
penyu hijau (Chelonia mydas). (Foto: Fattahur)
Apalagi semua jenis penyu laut di Indonesia termasuk
binatang dilindungi sesuai Peraturan pemerintah 7/1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa.
"Kalau dikenalkan hanya dari foto, orang biasanya
tidak begitu tertarik. Kalau ada replika yang menyerupai aslinya, orang lebih
mudah tertarik," kata dia.
Sebenarnya, Wiwit telah lama membuat minatur penyu.
Ukurannya sedang, biasa dipakai untuk cindera mata.
Seiring berjalannya waktu, mulai terbesit dipikiran Wiwit
untuk membuat minatur dalam bentuk dan ukuran yang lebih beragam.
Ide itu muncul setelah Wiwit mengetahui sulitnya
mengedukasi masyarakat soal penyu tanpa menunjukkan bentuk aslinya.
Padahal Wiwit mempercayai, edukasi pengenalan penyu
merupakan pintu masuk untuk mengetuk kesadaran masyarakat soal pelestarian
hewan tersebut.
Alasan itulah yang mengawali Wiwit untuk membuat replika
penyu sesempurna mungkin. Mulai dari ukuran, bentuk, hingga corak dan kelirnya
dikerjakan semirip mungkin dengan aslinya.
"Saya yang memastikan hasil replika dibuat sesuai
dengan aslinya," tambahnya.
Wiwit menegaskan bahwa penyu perlu dilestarikan. Terlebih
di Banyuwangi banyak ditemukan jenis penyu.
Dari tujuh jenis penyu di dunia yang masih bertahan, enam di antaranya hidup di perairan Indonesia. Banyuwangi menjadi tempat hidup empat jenis dari jumlah itu. Keempatnya tersebar di tempat-tempat berbeda.
BSTF
juga memproduksi Inkubator buatan (Intan Box). (Foto: Fattahur/Dok)
Wiwit menyebut, penyu belimbing, lekang, dan sisik lebih
banyak ditemui di kawasan pantai Taman Nasional Alas Purwo. Meski juga bisa
dijumpai dengan jumlah yang lebih sedikit di pantai kawasan Taman Nasional Meru
Betiri.
"Sebaliknya, penyu sisik lebih banyak hidup di
kawasan Pantai TN Meru Betiri dan lebih sedikit di kawasan pantai Alas
Purwo," sambungnya.
BSTF sendiri dalam beberapa tahun terakhir ini, juga
konsen melakukan upaya konservasi. Yakni dengan cara mengambil telur dari
beberapa sarang untuk kemudian ditetaskan lewat proses inkubasi dari alat
bernama Inkubator buatan (Intan Box) dan penyerap Yolk atau ari-ari tukik (Yosi
Box).
Kedua alat tersebut diproduksi langsung oleh BSTF. Alat
tersebut mampu membuktikan metode penetasan telur penyu tanpa media pasir.
Sekaligus menjadi solusi permasalahan penetasan telur penyu secara alami yang
menurut penelitian, rentan terserang perubahan suhu hingga predator. (fat)